3. Ikhlas dan membersihkan niat hapal Al Quran
Buku Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an yang ditulis M Taqiyul Islam Qori menjelaskan, menghapal Al Quran adalah perbuatan mulia. Karena itu, sudah selayaknya jika dilakukan dengan niat baik dan ikhlas.
Siapa saja bisa menghapal Al Quran asal didasari kesungguhan mencari ridho Allah SWT. Pentingnya memurnikan niat dan kesungguhan disebutkan dalam QS Al Bayyinah ayat 5
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Arab latin: Wa mā umirū illā liya’budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah.
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
4. Menghindari maksiat
Perbuatan maksiat merujuk pada semua aktivitas yang dilarang Allah SWT dan Rasululla SAW, dalam Al Quran serta hadits. Maksiat berisiko melemahkan niat dan kemampuan otak memahami serta menghapal Al Quran.
Pentingnya menghindari perbuatan maksiat dijelaskan Imam Syafi’i dalam I’anatut Thalibin 2/190. Saat itu sang imam mengadu pada gurunya terkait hapalan yang buruk
“Aku mengadu kepada Waki’ (guru beliau) tentang buruknya hafalanku. Maka beliau menasehatiku agar meninggalkan maksiat. Beliau memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada pelaku maksiat,” tulis sang imam.