Dieng, pesonanya begitu memikat, landscape yang tak tertandingi kecantikannya, danau, bukit-bukit nan hijau, candi-candi yang disucikan, alam yang ramah pada kehidupan. Banyak orang menyebut, dataran tinggi Dieng sebagai Land of Gods atau tempat para dewa bersemayam. Rasanya tak berlebihan karena keindahan alam Dieng memang sangat mempesona.
Dataran Tinggi Dieng terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng). Dataran tinggi Dieng secara administratif terbagi dalam dua wilayah, yakni Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Nama ‘Dieng’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi dan ”Hyang” yang artinya tempat para dewa-dewi. Diartikan kemudian sebagai tempat kediaman para dewa dan dewi.
Ada juga yang mengartikannya dari bahasa Jawa, yaitu “adi” berarti indah, berpadu dengan kata “aeng” yang artinya aneh. Penduduk setempat kadang mengartikannya sebagai tempat yang indah penuh dengan suasana spiritual.
Terletak di ketinggian kurang lebih 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl), Dieng disebut-sebut sebagai dataran tinggi berpenghuni tertinggi kedua setelah Tibet. Jadi pantas jika Dieng dijuluki atapnya pulau Jawa.
Ketinggian tersebut berpengaruh pada suhu udara rata-rata di daerah ini. Dalam kondisi normal, suhu udara di Dieng antara 15-10 derajat celcius. Namun memasuki musim-musim kemarau (seperti di awal Juni-Agustus) suhu udara di Dieng bisa mencapai 0 derajat celcius.
Pada musim kemarau tersebut, Anda bisa menyaksikan bagaimana ekstrim suhu udara di Dieng mampu membekukan embun di pagi hari. Masyarakat Dieng menyebut fenomena tersebut dengan istilah Bun Upas atau embun racun. Dinamakan embun racun karena embun beku yang menempel pada tanaman dapat merusak tanaman, seperti pada tanaman Kentang dan Kobis (komoditas utama masyarakat Dieng dalam bidang pertanian).
Jika mengunjungi datara tinggi Dieng, Anda akan dapat menikmati pemandangan lumpur mendidih yang mengeluarkan gelembung, danau belerang berwarna cerah dan kabut tebal yang menyelimuti dataran tinggi Dieng, dan banyak lainnya.
Melihat, merasakan dan membayangkan tempat ini secara langsung, akan membuat kita memahami mengapa masyarakat Jawa menganggap Dieng sebagai tempat yang memiliki kekuatan supernatural.
“Anak Gembel”
Satu hal yang juga tak kalah terkenal dari Dieng, penduduk setempat menyebutnya “anak gembel” atau anak gimbal. Menurut kepercayaan warga setempat, anak gimbal merupakan anugerah dari para dewa sehingga fenomena ini patut disyukuri.