Mengapa banjir bisa terjadi di Indonesia?, dan umumnya terjadi di perkotaan yang memiliki jumlah penduduk yang padat. Saat ini, banjir yang terjadi di beberapa kawasan tidak hanya disebut sebagai bencana alam saja, tetapi juga dapat disebut sebagai tradisi. Hal tersebut karena peristiwa tersebut terjadi secara turun-temurun, layaknya sebuah tradisi.
Tradisi banjir ini biasa ditemui di wilayah Jakarta, Bogor, dan kota-kota besar. Namun, bukan berarti di desa-desa tidak ada tradisi banjir ini, wilayah pedesaan juga bisa saja menerima “kiriman” banjir pada tiap tahunnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (biasanya daerah yang kering) karena volume air yang terus meningkat. Bencana alam banjir ini dinilai telah merugikan banyak pihak dengan jumlah kerugian yang tidak main-main.
Orang selalu berpikir bahwa banjir dapat disebabkan karena adanya hujan deras saja, padahal tidak, masih banyak penyebab terjadinya banjir yang justru akibat campur tangan dari manusia itu sendiri.
Berikut ini 6 solusi mengatasi banjir :
1. Peningkatan Kapasitas Saluran Air
Kapasitas saluran air yang tidak memadai tentu saja dapat menyebabkan aliran sungai menjadi meluap hingga menggenangi daerah daratan di sekitarnya. Nah, salah satu cara yang dapat digunakan guna mengurangi luapan banjir tersebut adalah dengan meningkatkan kapasitas saluran air yang ada.
Solusi ini harus diterapkan khususnya di daerah perkotaan seperti Jakarta. Di Jakarta, ukuran atau kapasitas saluran air telah direncanakan sesuai dengan perkembangan perubahan penggunaan lahan, khususnya perkembangan pemukimannya.
Upaya ini tidak hanya dilakukan di Jakarta saja, tetapi juga di Situbondo, yakni dengan meninggikan tanggul sungai di daerah hilir sungai supaya kapasitas saluran airnya menjadi bertambah sehingga aliran air tidak akan meluap.
2. Pembuatan Sumur Resapan
Solusi ini dapat diterapkan di daerah pemukiman yang berada di hulu dan tengah sungai. Pembuatan sumur resapan ini prinsipnya adalah mempercepat aliran permukaan menjadi aliran bawah permukaan (subsurface flow).
Meskipun air yang diresapkan hanya sedikit, tetapi apabila dilakukan oleh seluruh rumah yang ada di daerah tersebut, maka aliran bawah permukaannya tentu akan menjadi besar. Nah, bencana alam banjir dapat jauh berkurang dan persediaan air tanah akan meningkat.
Daerah resapan air ini dapat berupa daratan atau tanah luas yang ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman dengan daya serap air tinggi. Untuk daerah perkotaan, dapat meniru sistem drainase (aliran air) di bawah permukaan seperti di negara Jepang.
3. Kampanye Dilarang Membuang Sampah Sembarangan
Upaya ini harus digalakkan pemerintah untuk mengajak masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah sekitar sungai untuk berhenti membuang sampah sembarangan di sungai. Contohnya adalah Sungai Ciliwung yang ada di Jakarta yang sampai saat ini belum “merdeka” dari keberadaan sampah karena masyarakatnya masih kerap membuangnya secara sembarangan.
Kampanye ini akan berhasil apabila terdapat kerja sama antara pemerintah dan masyarakatnya.
4. Pembuatan dan Mempertahankan Bendungan Air
Pembuatan bendungan air ini harus senantiasa dibangun terutama di daerah hulu sungai. Bendungan ini berfungsi untuk menyimpan cadangan air hujan dan mencegah terjadinya banjir. Pembangunannya juga harus dengan bahan material yang berkualitas supaya dapat bertahan oleh debit air yang banyak.
Sementara bendungan air yang sudah ada sebelumnya, harus dipertahankan. Jika terdapat kerusakan, segera diperbaiki agar ketika musim hujan datang, masyarakat di sekitarnya tidak was-was akan terjadinya banjir bandang.
5. Mengelola Sampah
Upaya ini telah dilakukan oleh pemerintah dan ibu-ibu PKK di beberapa wilayah untuk menanggulangi banyaknya sampah dari setiap rumah. Untuk melakukannya, kita harus membiasakan diri beserta keluarga untuk memisahkan sampah, yakni antara sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makanan, sayuran, dan buah-buahan yang telah membusuk. Sementara, sampah anorganik adalah sampah berasal dari plastik dan kaleng bekas. Untuk mengelola sampah ini, perlu menerapkan 4R yakni Replace (mengganti), Reduce (mengurangi), Reuse (memakai ulang), dan Recycle (daur ulang).
Upaya ini tidak hanya sebatas tanggung jawab setiap individu saja, tetapi juga perlu adanya dukungan dari pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah dapat bertanggung jawab dengan menyediakan tempat pembuangan sampah yang lengkap di trotoar, di taman, atau di setiap sudut kota.
6. Pemberian Pendidikan Lingkungan Bagi Generasi Masa Depan
Sebenarnya, pendidikan lingkungan ini telah dilakukan oleh nenek moyang secara turun-temurun. Namun, tidak semua orang menyadari pendidikan tersebut dan hanya menganggap nasihat biasa saja.
Nah, untuk itu, pada generasi yang sudah canggih ini, kita harus dapat menggerakkan masyarakat dan anak-anak selaku generasi masa depan untuk lebih peduli dengan lingkungan. Banyak cara yang dapat diajarkan, misalnya pembiasaan untuk membuang sampah di tempat sampah, menanam pohon, hingga mengelola sampah untuk didaur ulang.
Saat ini, sudah banyak lho generasi muda yang terus-menerus menggalakkan kampanye peduli lingkungan. Yuk, kita menjadi salah satu dari mereka supaya planet bumi ini tidak sakit-sakitan lagi…
Nah, itulah penyebab-penyebab beserta dampak dan solusi atas terjadinya bencana alam banjir. Kita selaku generasi masa depan, yuk ikut menjaga lingkungan. Jika bukan kita, lalu siapa lagi