Apakah Anda kerap menyalahkan rasa malas atas kebiasaan menunda-nunda banyak hal? Jika iya, nanti dulu. Sebab, malas sebenarnya bukan alasan untuk menunda-nunda sesuatu.
Jenny Yip, psikolog klinis dan direktur eksekutif Little Thinkers Center, Los Angeles, Amerika Serikat, menyebut bahwa kemalasan bukan alasan di balik penundaan. Dia mengibaratkan malas seperti ‘saya sama sekali tidak punya keinginan untuk memikirkan hal ini’.
“[Penundaan ibaratnya] memikirkan hal ini menyusahkan saya. Oleh karena itu, sulit bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan,” kata Yip.
Sebaiknya, ketahui alasan sebenarnya di balik kebiasaan menunda Anda dan pelajari cara mengatasinya. Seorang yang hobi menunda sesuatu bisa jadi seorang perfeksionis, pemimpi, pencemas, atau penentang.
1. Perfeksionis
Yip berkata bahwa biasanya seorang penunda adalah sosok yang perfeksionis. Kenapa?
“Karena perfeksionis perlu menyelesaikan segala sesuatu dengan sempurna dan perlu upaya yang besar. Dan jika mereka tidak memiliki rencana bagaimana menyelesaikan pekerjaan, si perfeksionis akan hilang arah,” jelasnya.
Si perfeksionis menunda tugas karena cemas bakal gagal atau dikritik. Itamar Shatz, peneliti di University of Cambridge, menyarankan Anda untuk menekan sikap perfeksionis ini.
Menurut dia, sebaiknya ganti standarnya sambil memberi izin pada diri sendiri untuk melakukan beberapa kesalahan.
2. Pencemas
Orang yang mudah cemas cenderung ragu-ragu dan bergantung pada orang lain untuk mendapatkan kepastian sebelum berinisiatif sendiri. Mereka pun punya resistensi tinggi terhadap perubahan. Si pencemas lebih memilih hal yang familiar dan lebih aman.
Seperti si perfeksionis, si pencemas juga takut gagal atau dikritik. Sebaiknya, coba tantang diri sendiri untuk mengambil inisiatif ketimbang harus menunggu orang lain.
3. Pemimpi
Vara Saripalli, psikolog klinis yang berbasis di Chicago, menjelaskan bahwa pemimpi tidak menyukai logistik yang rumit untuk menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, mereka punya idenya, tapi menunda mengeksekusi karena memikirkan kebutuhannya saja sudah bikin pusing.
Jika Anda merasa masuk kriteria ini, coba bedakan antara mimpi dan target. Setelah itu, lakukan pendekatan terhadap target itu dengan enam pertanyaan yakni apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, dan bagaimana.
Ganti ‘sesegera mungkin’ dengan waktu yang lebih spesifik. Tulis rencana Anda dengan langkah-langkah konkret.
4. Penentang
Orang yang suka menunda cenderung memandang hidup dengan kalimat berikut:
“Apa yang orang lain harapkan atau minta, bukan apa yang mereka inginkan.”
Sikap pesimistis ini mengurangi motivasi mereka untuk mengerjakan tugas.
Kalau Anda masuk dalam kategori ini, Shatz menyarankan untuk menemukan cara positif untuk merasa memegang kendali atas sesuatu. Upayakan untuk bertindak, bukan bereaksi. Coba untuk bekerja sama, bukan melawan.
“Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan Anda, alih-alih bersikap pasif agresif tentang hal itu, akui apa yang berhasil atau tidak dan kemudian komunikasikan dengan siapa pun yang memberi Anda tugas,” kata Yip.