Ini Harapan Pembina Yayasan STIE Nobel Saat Adakan Buka Puasa

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Mutiawan Handaling, Pembina Yayasan STIE Nobel Indonesia Makassar, yang ditemui usai menggelar acara buka puasa bersama seluruh karyawan eMHa Cooperation, sivitas akademika STIE Nobel dan anak-anak panti asuhan mengungkapkan harapannya.

“Harapan kedepannya untuk group, lebih baik, lebih maju dan untuk STIE Nobel, mudah-mudahan dengan silaturahmi ini, bisa memacu jiwa kebersamaan, jiwa kerjasama gotong royong,  supaya kedepannya STIE Nobel bisa lebih maju lagi. Bisa menampung mahasiswa lebih banyak lagi,” harap Mutiawan.

“Tujuan kita adakan buka puasa, yah seperti pada umumnya. Ingin berbagi-bagi rejeki dengan adik-adik di panti asuhan,” katanya.

Mutiawan juga menjelaskan, acara buka puasa yang diadakan di Nobel Convention Center, Lantai 2 Gedung STIE Nobel Indonesia, pada hari Selasa, 21 Mei 2019, juga sebagai ajang silaturahmi untuk saling mengenal diantara sesama karyawan yang baru bergabung.

Baca Juga:  Mau Jadi Ahli Farmasi? Ini 15 Kampus Terbaik di Indonesia yang Bisa Kamu Pilih

“Kita juga jadikan momentum ini untuk mendengarkan arahan dan harapan dari founder group, bapak Mubyl Handaling. Mengingat beliau sudah jarang berkantor,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Mutiawan juga menjelaskan tentang proses pendaftaran mahasiswa baru yang tengah berlangsung.

“Berbagai macam kegiatan promosi untuk menarik minat calon mahasiswa untuk bergabung di STIE Nobel akan digenjot terus sampai akhir masa penerimaan,” ungkapnya.

Pemberian bantuan STIE Nobel pada panti asuhan di kegiatan buka bersama, Selasa, 21 Mei 2019.

“Sebenarnya STIE Nobel ada jargonnya. STIE Nobel ‘kan mungkin masyarakat sudah mengenal bahwa disini sekolah untuk bisnis. Walau pun sebenarnya lulusannya tidak 100 persen membuka bisnis. Tapi harapannya, lulusan STIE Nobel memiliki mindset dan jiwa entrepreneur. Walau pun nantinya dia bekerja sebagai pegawai, tapi juga memiliki sampingan usaha. Sehingga tidak hanya menunggu gaji bulanan saja,” tambahnya.

Untuk menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswanya, STIE Nobel menerapkan kurikulum yang berbasis entrepreneurship. “Sebagian besar dosen kita itu murni praktisi. Jadi bisa dikatakan 70 persen dosen di STIE Nobel itu praktisi. Jadi mata kuliahnya itu tidak sekedar teori tapi langsung studi kasus yang para praktisi ini sudah pernah hadapi di lapangan,” ungkapnya.

- Iklan -
Baca Juga:  Merayakan Kreativitas: Milad Ke-3 UKM Penadipa IAS

Selain itu, STIE Nobel kini sedang berbenah untuk berubah menjadi institute yang targetnya bisa terealisasi sebelum penerimaan mahasiswa baru.

“Kita juga sedang mengajukan proposal untuk menaikan STIE menjadi institute bisnis dan teknologi. Jadi kita mau buka prodi baru yaitu, bisnis sistem, bisnis digital, psikologi bisnis. Tetapi itu masih dalam pengajuan. Mudah-mudahan dari tiga prodi yang kita ajukan, minimal dua yang disetujui. Sebelum penerimaan mahasiswa baru sudah berubah menjadi institute. Dan Prodi Manajemen sementara re-akreditasi juga, kita berharap bisa naik menjadi A,” tutupnya. (FP)

 

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU