Jaringan Lintas Iman Harmoni, Wadah Semua Aliran Kepercayaan Merajut Perdamaian

Keharmonisan seluruh elemen masyarakat menjadi hal yang terkadang diacuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, ketika seorang individu berbeda dari lainnya, seperti perbedaan karena agama, suku, dan bahasa. Kadang mereka yang minoritas mendapatkan perlakuan yang tidak adil, diskriminatif, persekusi dan intimidasi.

Oleh: ZULQIFLI

Oleh karena itu, Jaringan Lintas Iman (Jalin) Harmoni Sulawesi Selatan (Sulsel) hadir sebagai salah satu komunitas terdepan, khususnya di Sulsel untuk memberikan edukasi tentang pentingnya persaudaraan dan keharmonisan keagamaan dan menghapuskan bentuk ketidakadilan kepada kaum minoritas maupun tiap individu.

Jalin Harmoni Sulsel adalah sebuah komunitas yang terbentuk dari gerakan solidaritas pendamping, pemerhati dan korban-korban kekerasaan atas nama kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) yang ada di Sulawesi Selatan.

Jalin Harmoni menjadi wadah pemersatu dan bertemunya semua aliran kepercayaan, tidak untuk mempertentangkan perbedaan yang ada di setiap kepercayaan. Tetapi menjadi wadah pembauran semua aliran kepercayaan untuk bersama-sama saling membangun kehidupan yang damai dan harmonis, khususnya di Sulawesi Selatan.

Dengan motto “Menjalin Persaudaraan untuk Indonesia yang Harmoni”, komunitas ini mampu merangkul agama dan kepercayaan lokal untuk bergerak bersama melakukan aksi nyata dalam merajut perdamaian di Indonesia yang kaya akan keberagaman suku, agama dan ras.

“Jalin Harmoni itu lahir dari keresahan sebenarnya, tentang hubungan antara keharmonisan. Dia berangkat dari sebuah pelatihan dan penguatan kapasitas antar iman. Nah, komunitas ini terbentuk karena ingin memunculkan gerakan solidaritas antara pendamping pemerhati korban-korban kekerasan yang terkait keyakinan beragama,” ungkap Muhammad Iqbal Arsyad, Presidium Jalin Harmoni.

Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

Iqbal menyampaikan, banyaknya kasus terkait keyakinan beragama, misalnya ada persekusi, intimidasi terhadapa suatu kelompok aliran minoritas dari kelompok yang mayoritas, sehingga terbentuklah Jalin Harmoni untuk mengakomodir semua kelompok-kelompok.

“Baik itu mayoritas maupun minoritas bahwa kedudukannya sama. Mereka punya hak yang sama di mata negara, dasarnya hidup layak di negara Indonesia,” ujarnya.

- Iklan -

Presidium Jalin Harmoni ini membeberkan tentang struktur komunitas dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. “Kalau anggota Jalin Harmoni saat ini secara kelembagaan, itu ada 21 orang dan juga banyak anggota-anggota individu. Nah, untuk kordinatornya sendiri 3 orang, kordinator perwakilan dari lembaga biasanya yang ikut memperhatikan keagamaan, kedua komunitas keagamaan itu sendiri dan yang ketiga adalah perwakilan dari individu dan memiliki tiga divisi, yaitu divisi sosial kemasyarakatan, divisi pendidikan dan media kampanye,” urainya.

Sementara program kerja yang telah dilakukan oleh komunitas Jalin Harmoni adalah kebanyakan bersifat kolaborasi dengan komunitas-komunitas lainnya. “Terkait kegiatan Jalin Harmoni ini sebenarnya banyak yang bersifat kolaborasi dengan komunitas-komunitas lain. Kami pernah melakukan seminar nasional yang menghadirkan 7 pembicara, tokoh nasional maupun lokal di Makassar membahas tentang kebhinekaan di Indonesia, yaitu melibatkan sekitar 300 peserta dari berbagai kalangan.”

“Melakukan kampanye perdamaian, misalnya memperingati hari perdamaian nasional, memperingati hari toleransi internasional melibatkan 30 komunitas, dan pelatihan kampanye media kreatif,” lanjut Muhammad Iqbal Arsyad.

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Kecam Bom Katedral

Ledakan Bom di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu, 28 Maret 2021 lalu, merupakan peristiwa kelam bagi kehidupan masyarakat di Kota Makassar. Berbagai komunitas dan individu di Sulawesi Selatan, termasuk Jalin Harmoni, pun tergabung dalam Aksi Bersatu untuk Perdamaian. Mereka mengutuk keras atas bom bunuh diri serta menyerang umat dan rumah ibadah.

“Kami merespon kejadian itu langsung berkumpul untuk melakukan aksi. Jadi ada tiga kesepakatan pada pertemuan itu; pertama membuat pernyataan sikap, kedua menyebar ke media dan ketiga doa bersama lintas iman agama secara virtual,” ungkap Iqbal.

Kemudian, lanjutnya, untuk memberi dukungan kepada umat Katolik bahwa kejadian tersebut bukan menimpa mereka saja, tetapi semua agama tidak membenarkan aksi bom bunuh diri. “Jadi ini adalah duka kita bersama, karena ini adalah aksi kejahatan kemanusiaan, tidak berkaitan dengan agama walaupun oknum membawa nama agama tertentu.”

Menurut Iqbal, tingkat toleransi dan keberagaman di Makassar saat ini sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, dia berharap, pasca bom di Gereja Katedral itu, semoga menjadi momentum bagi semua warga Makassar, terutama stakeholder terkait, misalnya pemerintah, tokoh agama, FKUB, organisasi keagamaan, untuk bersinergi. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU