Jejak Kaki Berusia 23.000 Tahun Ditemukan di Amerika

Temuan terbaru ini berupa jejak manusia prasejarah berusia 23.000-21.000 tahun telah mematahkan perkiraan sebelumnya mengenai keberadaan manusia pertama di Amerika.

Topik mengenai kapan pertama kali manusia menapakkan kaki di Amerika dari Asia telah menjadi kontroversi selama beberapa dekade. Sekarang, sebuah tim yang bekerja di New Meksiko telah menemukan sejumlah jejak kaki manusia yang diperkirakan berusia antara 23.000-21.000 tahun.

Temuan ini bisa mengubah pandangan mengenai kapan benua Amerika pertama kali diduduki manusia. Temuan ini juga menunjukkan kemungkinan migrasi besar yang tidak kita ketahui. Dan ini mendorong kemungkinan populasi awal ini telah punah.

Jejak kaki terbentuk di dalam lumpur lunak di pinggiran danau dangkal yang sekarang menjadi bagian dari danau kering Alkali Flat di Taman Nasional White Sands. Tim dari Survei Geologi AS melakukan penanggalan radiokarbon pada biji-bijian (sampel) yang ditemukan di lapisan atas dan bawah sedimen tempat jejak kaki ditemukan.

Baca Juga:  6 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Unik dan Penuh Makna

Dari situ, para peneliti mendapatkan penanggalan yang sangat tepat untuk bekas telapak kaki itu sendiri. Dari ukurannya, menurut para peneliti, jalur perjalanan ini utamanya berasal dari kaki para remaja dan anak-anak kecil yang bepergian bolak-balik terkadang bersama dengan orang dewasa.

Para peneliti tak tahu pasti apa yang dilakukan para remaja itu, tapi ada kemungkinan mereka membantu orang-orang dewasa yang punya kebiasaan berburu. Hal in seperti terlihat dalam budaya penduduk Amerika asli di kemudian hari.

Baca Juga:  Siswa Perhotelan, Ini 4 Materi Penting yang Wajib Kamu Kuasai

Kebiasaan ini dikenal dengan buffalo jump (formasi penduduk asli Amerika Utara dalam berburu bison dengan jumlah besar) dan termasuk menggiring hewan-hewan buruan itu ke tepian jurang. Persoalan rumit yang dicatat oleh jurnal selama tahap awal penelitian adalah efek reservoir.

Hal ini mengacu pada karbon yang ditemukan terkadang berdaur ulang di lingkungan berair, mengganggu hasil radiokarbon (penanggalan) dengan membuat situs tampak lebih tua dari usianya. Namun, para peneliti mengatakan mereka telah memperhitungan efek ini, dan meyakini hal itu tidak berpengaruh banyak terhadap objek penelitian.

Dr Andrea Manica, ahli genetika dari Universitas Cambridge mengatakan, temuan ini memiliki dampak penting bagi sejarah populasi Amerika.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU