Jiwa

“Aku Kang Han Na, aku lebih suka yang asin dan mengandung zat besi. Tapi terima kasih.”

“Ooh, tenang saja. Coklat ini tidak manis. Dark choco,” katanya sembari memberikan coklat itu.

Lalu keduanya terhenyak. Hanya diam. Hingga sama sama membuka suara “Ano,” “Itu,” Sambil sama sama tersipu “Kamu duluan saja” “Kamu duluan saja” Lagi-lagi mereka menjawab bersamaan.

“Hyahhaha. Kamu terdengar seperti ku dan aku terdengar seperti mu, seperti 1 jiwa yang terpisah.” Tawa Hyun Na.

“Kamu kelas berapa? Kenapa kita tak pernah bertemu sebelumnya?” Lanjutnya santai “Aku dari 12 IPA 4” Senyum tipis Han Na mendengar ocehan teman baru nya.

“Ooh, pantas saja aku tak pernah melihat mu. Aku dari lantai 2 kelas 12 IPA 1.” Jelasnya “apa yang ingin kamu Tanya kan tadi?”

‘kriiiiing’

Bel sekolah memotong cerita perkenalan mereka di hari itu. Hanya janji pulang sekolah

bersama yang mungkin akan membuat mereka bertemu kembali sore hari nanti. Hanya saja, sesuatu begitu mengganjal. Kenapa begitu banyak dari teman temannya yang terus mengikuti Hyun Na.

- Iklan -

***

SEORANG SISWA DI TEMUKAN MENGENASKAN DI DEPAN RUMAHNYA.

6 Juni 2093, seorang siswa dari SMA 3 Teratai di temukan tewas mengenaskan di depan rumahnya.

Jasad siswa berusia sekitas 18 tahun itu di temukan oleh ibunya yang baru saja pulang bekerja sekitar jam 18.00. Diketahui setelah di geledah, rumah nya pun masih kosong karna belum seorang pun pulang dari aktivitas hari itu.

Setelah ahli forensik mengidentifikasi lebih lanjut kurang lebih selama 3 jam, ditemukan 18 bekas tusukan di area perut 4 tusukan di bagian leher serta beberapa sayatan di sekitar tangan dan kaki.

Kondisi wajah dan tubuh yang hancur membuat ahli forensic sedikit kesulitan mengidentifikasi apakah ini serangan hewan liar atau penyiksaan. Setelah di telusuri lebih lanjut ditemukan helai silet di sekitar korban. Polisi dan ke mana setempat masih berusaha mencari pelaku yang di perkirakan adalah orang sekitar korban.

Berita yang keluar pagi ini sontak kembali membuat riuh anggota keluarga Kang. Bagaimana tidak, putri tunggal keluarga mereka bersekolah di sana.

Ya. Kang Han Na. Matahari sudah mulai terlelap tapi Han Na masih belum terlihat membuka pintu rumah. Seluruh keluarga cemas hingga beberapa saat kemudian, terdengar bunyi bel dari depan rumah.

“Dari mana saja nona?” Tanya bibi yang membantu keluarga Kang.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU