Setelah 10 hari pelaksanaan manasik haji, Bupati Bone A. Fahsar M. Padjalangi akhirnya menutup rangkaian bimbingan manasik haji, Ahad (21/5/2023). Penutupan bimbingan manasik haji dilaksanakan di Masjid Agung Al-Markaz Kabupaten Bone.
Sebelum penutupan, Jemaah Calon Haji (JCH) ikuti bimbingan manasik terakhir mulai pagi dari pukul 07.30 Wita oleh narasumber Zaenal Abidin, Ketua KBIH Hajar Aswad Kabupaten Bone.
Rangkaian manasik haji yang diikuti pada hari terakhir ialah, memberikan gambaran pemberangkatan jemaah calon haji di Mekah untuk mengikuti ibadah puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Lalu Zaenal Abidin menjelaskan seperti apa rangkaian prosesi ibadah puncak haji. Apa yang harus dilakukan jemaah saat berada di Mina (Armuzna). Ia menjelaskan, jemaah mulai diberangkatkan ke Arafah dari hotel pada 8 Zulhijah 1444 Hijriah dengan Bus yang telah disiapkan.
Di Arafah jemaah menempati tenda masing-masing dan bermalam di Arafah. Pada tanggal 9 Zulhijah, wukuf dimulai dengan khutbah wukuf, lalu dilanjutkan salat zuhur dan ashar dijamak dan diqosor.
Ia menjelaskan sambil memperaktekan jemaah seakan berada di Arafah dari Mekah. Setelah itu, jemaah diarahkan keluar dari Masjid Agung ke halaman masjid untuk ke Musdalifah, dimana panitia berdiri dengan papan bertuliskan Musdalifah.
Di Musdalifah, jemaah bermalam untuk mengambil batu minimal 49 untuk nafar awal dan 70 untuk nafar tsani. Jemaah lalu diberangkatkan secara bertahap ke Mina untuk menginap atau mabit, jadwalnya disesuaikan jadwal Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Lalu pada 10 Zulhijah, jemaah istirahat di Mina dan berangkat ke jamarat untuk lempar jumrah aqobah, jadwalnya sesuai yang diberikan oleh PPIH.
Setelah itu tahalul dan kembali ke tenda. Zaenal Abidin menjelaskan sambil jemaah berjalan memperagakan lempar jumrah. Pohon sukun jadi tempat praktek melempar jumrah di halaman Masjid Agung.
Pada 11 Zulhijah, jemaah ke jamarat lagi untuk lontar jumrah, yaitu ula, wustha, aqobah masing masing 7 batu krikil. Pada 12 Zulhijah, jemaah ke jamarat lagi untuk lontar jumrah, yaitu ula, wustha, aqobah, masing masing 7 batu krikil.
Jemaah nafar awal bersiap kembali ke Makkah sebelum matahari terbenam. Sedangkan bagi nafar tsani, menginap 1 malam lagi di Mina. Kemudian pada 12 Zulhijah, jemaah nafar tsani ke jumarat untuk lempar jumrah dan kembali ke Makkah.
Setelah itu, jemaah kembali ke Masjid Agung lantai dua untuk mengikuti materi kesehatan, pengenalan para petugas haji baik Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), Pembimbing Ibadah Kloter, Ketua Kloter, KBIHU, tim Dokter dan perawat.
Jemaah kemudian mengikuti ceremony penutupan, mendengarkan laporan Kepala Kantor Kemenag Bone Abd. Hafid M Talla. Kepala Kantor Kemenag Bone menyampaikan rasa syukur karena jemaah telah melewati rangkaian manasik haji selama 10 hari.
“Alhamdulillah, kita bersyukur sekali, jemaah telah mengikuti bimbingan manasik selama sepuluh hari, dua hari manasik kabupaten dan delapan hari manasik kecamatan,” ungkapnya.
Abd. Hafid M. Talla juga menyampaikan kepada Bupati Bone bahwa jumlah jemaah yang akan diberangkatkan yaitu 779 sudah termasuk kuota murni, lansia, mutasi masuk, tambahan, PHD dan KBIHU.
Lebih dari itu, Abd. Hafid M. Talla menyampaikan jumlah kloter Bone embarkasi Makassar dan jadwal pemberangkatan. Kloter 11 embarkasi Makassar atau kloter 1 Bone sebanyak 212 jemaah, berangkat pada 30 Mei 2023.
Kloter 15 embarkasi Makassar atau kloter 2 Bone sebanyak 388 jemaah, berangkat pada 3 Juni 2023. Kloter 22 embarkasi Makassar atau kloter 3 Bone sebanyak 179 jemaah dan akan berangkat pada 8 Juni 2023.
Sementara itu, Bupati Bone A. Fahsar M. Padjalangi menyampaikan agar jemaah calon haji rajin bertalbiyah agar tidak lupa saat pelaksanaan ibadah haji. Pasalnya, jemaah di Tanah Suci banyak mengucapkan talbiyah.
“Kita harus hafal talbiyah, makanya harus rajin mengucapkannya karena di Tanah Suci nanti, kita akan banyak mengucapkan talbiyah,” tuturnya.
Bupati Bone juga menjelaskan kenapa jemaah harus mengikuti bimbingan manasik haji. Menurutnya ada beberapa hal yang didapatkan dalam bimbingan manasik sehingga penting bagi jemaah.
“Dengan manasik, diharapkan jemaah mendalami bagaimana melaksanakan haji sampai mabrur, supaya saling mengenalki (saling mengenal) sesama jemaah terutama satu kloter,” tandasnya.
Lalu ia balik menjelaskan kenapa jemaah penting untuk saling mengenal dalam satu kloter. Alasannya bahwa jemaah tidak bisa jalan sendiri di daerah yang berbeda bahasa dan banyak orang. Jika jalan sendiri akan memberikan peluang untuk tersesat atau hal lain yang terjadi dan tidak diketahui teman kelompok atau rombongan.
“Ada-ada saja terjadi jika jalan sendiri, maka perlu bantuan. Apakah kita tersesat atau jatuh sakit, tidak ada yang lihatki temanta (tidak ada teman yaang melihat),” jelasnya.
Itulah gunanya bimbingan manasik haji agar saling mengenal dan memahami pelaksanaan haji sehingga bisa melaksanakan rukun-rukun haji yang benar, tutup A. Fahsar.
Setelah penutupan manasik, panitia umumkan pembagian kloter dan regu jemaah. Panitia menyebut satu persatu jemaah dan mengambil posisi yang teratur. Dalam pembagian kloter dan regu, panitia mengharapkan agar jemaah mengenal wajah anggota regu dan ketua regu, terlebih para petugas haji.*