Dalam perjalananya, manusia senantiasa mengalami perubahan, baik secara spontan maupun secara bertahap. Perubahan-perubahan tersebut secara tidak langsung menjelaskan bahwa adanya proses gerak dalam kehidupan manusia, baik secara aksidental maupun secara subsantsial.
Dimana tujuan gerak tersebut adalah mengarahkan manusia pada kesempurnaan wujudnya atau dalam bahasa lain adalah mencapai kebahagiaan, baik secara individu maupun sosial, walaupun dalam proses menuju kebahagian tersebut, manusia senentiasa tak luput dari kekeliruan sehingga tak jarang berada pada titik kesengsaraan.
Dalam konteks sejarah, gerak yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial akan mengarahkan mereka pada proses pembentukkan sebuah peradaban yang dimana peradaban tersebut akan terus mengalami perubahan-perubahan sebagai konsekuensi dari proses gerakan manusia menuju kepada kebahagiaan sosialnya.
Dinamika peradaban manusia dalam sejarahnya selalu tumbuh dan berkembang secara dinamis sejalan dengan perubahan dalam setiap sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Sebagai manusia yang terus mencari dan menyempurnakan dirinya, manusia sentantiasa berusaha beruang memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mempertahankan eksistensinya di tengah kebersamaannya dengan makhluk lainnya.
Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup ini telah memotivasi manusia untuk menggunakan akal budinya secara maksimal di manapun manusia itu berada. Karena tuntutan pemenuhan kebutuhan naluri kehidupannya, maka manusia sebagai makluk yang berakal budi (rational animal) selalu berpikir untuk bagaimana ia menghadapi tuntutan-tuntutan naluriah itu. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang.
Melihat pada gerak sejarahnya, manusia telah menciptakan beberapa peradaban besar, dimulai dari peradaban memburu mengumpul, kemudian bertransformasi menuju peradaban agrikultur, lalu berkembang lagi menuju peradaban Industri dan digital. Dalam proses perkembangan peradaban tersebut, tidak hanyak membawa perubahan pada dimensi materiel dalam kehidupan manusia, naumun juga dimensi imateriel seperti paradigma dan sistem sosial. Perubahan pada aspek materiel dan imateriel tersebut dalam prosesnya akan menghadirkan kebudayaan.
Kebudayaan pada hakikat adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupanya. Kemampuan cipta (pikiran) manusia akan menghasilkan ilmu pengetahuan, kemampuan rasa manusia melalui alat-alat indranya akan menghasilkan beragam seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan dimensi karsa manusia akan mengarahkan manusia pada kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Memasuki era revolusi industri manusia telah mengalami perkembangan sangat pesat, hadirnya teknologi-teknologi berbasis mesin telah menjadikan segala kegiatan manusia menjadi lebih efisien disamping itu juga menjadi lebih efektif. Dampak lebih jauh dari penemuan teknologi tersebut yaitu memperluas jangkauan seleruh kegiatan manusia, terutama yang berfokus pada ranah produksi.
Perkembangkan tersebut tidak hanya pada aspek teknologi semata, namun juga terjadi perubahan pada aspek kebudayaan manusia. pada perkembangan pertama revolusi industri, mendorong lahirnya manusia-manusia yang tidak lagi terlalu menggantungkan dirinya kepada kondisi alam sekitarnya, perkembangan revolusi industri kedua, mendorong lahirnya spesifikasi keahlian pada tiap-tiap manusia, perkembangan revolusi industri ketiga mendorong lahirnya masyarakat globalisasi, dan dan memasuki era revolusi industri keempat mendorong lahirnya era distrupsi.
Era disrupsi atau disrupsion era adalah fenomena perubahan pada ranah sosial dan teknologi yang kemudian memberikan pengaruh baik pada lingkungan masyarakat hingga level birokrasi pemerintahan.
Adapun hadirnya gelombang distrupsi tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1) Teknologi (khususnya dibidang IT), (2) teori manajemen (metode baru pengelolaan SDM, kepemimpinan, produksi dan bisnis), (3) peristiwa ekonomi (peran negara, bank sentral, fluktuasi permintaan-penawaran), (4) daya saing global dan (5) Geopolitik[1].
Memasuki era disrupsi, masyarakat dintut untuk mampu terus beradaptasi terhadap perubahan-perubahan kondisi baik dalam lingkungan regional, maupun lingkungan global. Berbagai bentuk perkembangan teknologi selain memudahkan masyarakat, disatu sisi menjadi ancaman juga, sebab jika masyarakat tidak mampu menguasai teknologi tersebut maka masyarakat tersebut akan tertinggal dan menjadi masyarakat marjinal sehinggal lahirlah istilah masyarakat gaptek (gagap teknologi). Selain perkembangan teknologi, era distrupsi juga melahirkan budaya masyarakat 5.0.
Masyarakat 5.0 (Society 5.0) adalah adalah kelanjutan dari perkembangan masyarakat sebelemunya, yaitu masyarakat pemburu pengupul (1.0), masyarakat agrikultur (2.0), masyarakat industri (3.0), masyarakat informasi (4.0). adapun visi masyarakat dari 5.0 adala membangun “masyarakat super cerdas” (MCS) dengan berwawasan kedepan dan mencoba memecah stagnansi[2].
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi-teknologi 4.0, masyarakat 5.0 mencoba menciptakan dunia yang saling terintegrasi secara global tanpa memandang umur dan status sosial. Dalam proses menciptakan visi tersebut, tentu akan melahirkan berbagai inovasi-inovasi yang bebrasis Internet of Things (IoT), Artificial (AI) Intellegent, big data, robotica dan teknologi 4.0 lainnya.
Sebagai organisasi yang telah cukup lama mengeksistensikan dirinya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) perlu mampu untuk membaca setiap dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi tidak hanya di tataran regional wilayahnya saja, tetapi juga pada tataran global yang terjadi.
HMI perlu mampu beradaptasi terhadap dinamika perubahan zaman sebagai upaya menciptakan insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggun jawab untuk terus memberikan kontribusinya baik dimensi keummatan maupun dimensi kebangsaan dalam upaya mewujudkan masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Memasuki era teknologi 4.0 dan masyarakat 5.0, HMI harus mampu memanfaatkan segala inovasi berbasis teknologi 4.0 sehingga mampu menciptakan sistem kelembagaan yang adaptif.
Disamping itu, sebagai impact zaman percepatan, HMI harus mampu menajdi katalisator untuk mempercepat proses gerak kelembagaan sehingga HMI tidak menjadi organisasi yang tertinggal dan termarjinalisasi oleh peradaban.
Sebagaimana mekanisme enzim dalam tubuh yaitu mempercepat proses namun tidak ikut mengalami proses, maka HMI harus mampu untuk pempercepat proses gerak kelembagaan, namun pada hal-hal yang bersifat fundamental HMI harus tetap mampu mempertahankan Identitasnya, sehingga HMI kedepannya tidak mengalami krisis identitas.
Untuk itu para kader HMI harus mampu untuk melihat mana persoalan yang bersifat fundamental dan mana yang bersifat metode belaka. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan metode kelembagaan yang efektif dan efisien dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip fundamental organisasi dalam rangka menju pada cita-cita HMI.
Perubahan zaman terus berlangsung dengan berbagai tantangan yang ada dengan tetap memperhatikan aktivitas perkembangan teknologi, katalisator menjadi ruang untuk tetap berada pada garis-garis penyesuaian perubahan tersebut.
Bagian yang tak terpisahkan tertuju pada komunikasi, pengembangan intelektual, serta potensi kader dengan menjadikan cabang makassar timur sebagai ruang aktualisasi.
Cabang makassar timur dengan kuantitas kader yang mumpuni dalam memenuhi kebutuhan, seharusnya bisa lebih diberdayakan agar aktivitas yang dijalankan tidak hanya mengutamakan kolektifitas tetapi juga manajerial. Oleh karena itu, pentingnya pemberdayaan kader dengan memperhatikan setiap kapasitas yang ada.
Kepedulian dan partisipasi menjadi pendukung dalam perkembangan yang diinginkan sesuai dengan tantangan zaman yang begitu cepat berlangsung, maka perlunya koordinasi dan komunikasi antar setiap komisariat untuk mencegah lag (ruang kosong) yang ada di cabang makassar timur. Selain itu, konsolidasi menjadi pertemuan untuk setiap komisariat dalam mewujudkan cita-cita yang sama-sama diinginkan dalam tubuh cabang makassar timur.
Menjadi katalisator dengan potensi kritis dan rasional untuk mewujudkan kader yang mampu tanggap beradaptasi dalam menyelesaikan permasalahan. Berbagai potensi kader yang ada menjadi perwujudan keberagaman, hal tersebut tidak menjadi alasan akan tetapi menjadi tantangan bagi kader untuk selalu bisa survive dalam menyelesaikan permasalahan dengan perubahan zaman yang begitu cepat.
Jejaring silaturahmi seringkali menjadi upaya dalam membangun komunikasi yang terpercaya, agar tidak menimbulkan prasangka berbeda. Hadirnya teknologi komunikasi menjadi alat yang penting bagi setiap kader demi tetap mempertahankan keberadaan kader dari berbagai komisariat.
Komunikasi yang terus berlangsung dengan hadirnya perubahan zaman yang begitu cepat menjadi solusi, harapan komunikasi yang berlanjut agar mewujudkan kolaborasi antar setiap komisariat yang ada dalam tubuh cabang makassar timur terhadap pengembangan intelektual yang dimiliki setiap kader.
Potensi setiap kader dalam hal apapun seharusnya bisa menjadikan cabang makassar timur yang kaya akan informasi. Tulisan-tulisan seharusnya bisa menjadi sumber informasi dengan mengedepankan cabang makassar timur sebagai wadah aktualisasi kader yang mampu memuat berbagai hal dalam bentuk data dan disebut sebagai bank data.
Perencanaan pembuatan LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam) sebagai upaya penyediaan data yang terus berlangsung dalam setiap aktivitas kader Cabang Makassar Timur. Hanya organisasi yang mampu beradaptasi terhadap dinamika saja yang akan terus mampu memberikan kontribusinya kepada umat dan bangsa.
[1] Wawan Lasmawan. 2019. Era Disrupsi dan Implikasinya Bagi Reposisi Makna dan Praktek Pendidikan (Kaji Petik Dalam Perspektif Elektik Sosial Analisis). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan, Vol. 1 (1): 54-65
[2] Ni Nyoman Lisna Handayani dan Ni Ketut Erna Muliastrini. 2020. Pembelajaran Era Disruptif Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya 2020.