Kawasan Perdesaan Sehat Menjawab Persoalan Stunting di Sulawesi Selatan

Makassar, FajarPendidikan.co.id – Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr dr H Bachtiar Baso, M Kes., memiliki segudang inovasi dalam memajukan pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Setelah berhasil melakukan penandatanganan MoU dengan dekan kesehatan se Unhas meliputi fakultas kedokteran, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi dan fakultas keperawatan beberapa waktu yang lalu saat upacara hari kesehatan di rumah jabatan Gubernur Provinsi Sulsel, Bachtiar juga merancang sebuah program kawasan perdesaan sehat di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.

Demikian catatan singkat dalam diskusi santai yang berlangsung di Hotel Grand Puri Tamalanrea dekat BTP Makassar, Minggu 25 November 2018.

Menurut Bachtiar, diperlukan kolaborasi masalah kesehatan. “Dinas kesehatan hanya mampu dan memiliki kewenangan untuk menyelesaikan masalah kesehatan tidak lebih dari 30 persen, termasuk masalah Stunting. Sekitar 70 persen masalah kesehatan berada di luar dari sektor kesehatan. Karena itu, keterlibatan sektor lain sangat diperlukan misalnya dinas pertanian, dinas peternakan, tata ruang dan sebagainya,” ungkapnya.

Baca Juga:  Polres Bone Bongkar Kasus Judi Online: 15 Pelaku, 2 Mobil Diamankan

Dalam konsep ini, sambungnya, upaya promotif dan preventif dimaksimalkan misalnya, penempatan satu desa satu sarjana kesehatan masyarakat (SKM) untuk memantau masalah kesehatan pada wilayah tersebut atau satu student satu family bagi mahasiswa kedokteran untuk memantau masalah gizi ibu hamil dan sebagainya.

Hadir juga dalam pertemuan tersebut Prof Dr dr Wardihan Sinrang, MS, SP And; Prof Dr Eng Dadang Ahmad Surimihardja, MEng; Prof Sukri Palutturi, SKM., MKes., MSc PH, PhD; Hasbullah, SKM., MKes., dan drg Fuad Husain Akbar, MKes., PhD.

Prof Wardihan yang merupakan guru besar kedokteran Unhas setuju dengan konsep perdesaan sehat di Tompo Bulu. Menurut Prof Wardihan, Tompo Bulu adalah sebuah perdesaan yang cukup dekat dengan perkotaan. “Dengan posisi yang dekat dengan Kota Makassar, penyakit menular ataupun tidak menular dapat terjadi karena transisi yang berada diperbatasan wilayah yang menyebabkan perilaku masyarakat mengalami pergeseran,” jelasnya.

Baca Juga:  Plh. Sekretaris Daerah Barru Hadiri Launching Ekosistem Keuangan Inklusif Desa Wisata Nepo

Pada kesempatan yang sama, guru besar FKM Unhas dengan kepakaran Healthy Cities, Prof Sukri Palutturi, menambahkan bahwa, perdesaan sehat memiliki kesamaan konsep dengan Healthy Cities tetapi dalam ukuran wilayah yang lebih mikro.

“Desa sehat perlu dikembangkan dalam pengertian yang lebih luas. Stunting dapat ditangani dengan pendekatan ini karena konsep perdesaan sehat tidak hanya menyelesaikan masalah kesehatan dalam pengertian penyakit tetapi juga melihat masalah kesehatan pada tingkat populasi dan setting,” jelas Prof Sukri.

- Iklan -

Oleh karena itu, lanjutnya, kemitraan antar sektor pada semua lini serta dukungan pemerintah daerah merupakan kunci.(Rls)

 

Editor: Ibhel

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU