“Maaf, aku melakukan kecurangan untuk masuk ke kelas unggulan. Aku memanfaatkan koneksi orang tuaku, mereka adalah penyumbang terbesar di yayasan sekolah ini.” Emily menutup wajahnya dengan tangannya sambil menangis.
Dafa mengatur napasnya agar tetap tenang. “Aku juga minta maaf, aku membayar panitia penyelenggara agar memasukkan namaku ke kelas unggulan.”
“Aku membeli kunci jawaban dari tata usaha,” ucap Reno si peringkat 11.
“Aku tidak bisa bersaing dengan kalian, untuk itu aku diam-diam menukar peringkat serta data-datanya di komputer sekolah,” ungkap Than dengan perasaan bersalah.
Mereka mengungkapkan segala kecurangan yang dilakukan selama mereka hidup. Kepahitan itu tidak ingin mereka bagi tetapi keadaan memaksa mereka untuk berbicara.
Namun, di antara mereka ada yang tidak mengungkapkan kejujuran dan ada juga yang tidak pernah melakukan kecurangan. Setelah waktu habis, perasaan mereka sedikit lega karena mereka semua masih baik-baik saja.
Abian si peringkat 4 membekap mulutnya dengan tangan gemetar. Dia memuntahkan darah yang banyak, bukan hanya Abian. Ubel si peringkat 7 dan Kevin si peringkat 12 juga mengalami hal yang sama. Tubuh mereka membengkak. Mulut, telinga dan hidung mereka mengeluarkan darah.
“Aku minta maaf, aku juga melakukan kecurangan! Aku—” Zilla tidak sempat melanjutkan perkataannya, tubuhnya terjatuh karena lemas. Ketika Isabel ingin membantunya, mulut Zilla menyemburkan darah ke tubuh Isabel hingga membuat Isabel mandi darah.