“Aku memang di peringkat 2 tapi bukan berarti aku tahu segalanya.” Emily membela diri, dia benar-benar tidak tahu jawaban dari teka-teki itu.
“Waktu!” teriak Isabel dan semuanya menoleh ke arahnya. Isabel menunduk karena takut, dia tidak ingin disalahkan lagi.
Aiden mendekati Isabel lalu mengelus lembut rambut Isabel. “Dia benar, jawabannya adalah waktu.”
“Kenapa jawabannya waktu?” tanya Tristana si peringkat 22, gadis tomboy itu tidak mengerti.
“Dia memakan segalanya? Hanya waktu yang bisa memakan segalanya, kota-kota akan hancur dengan seiring waktu bahkan dunia bisa menghilang seiring waktu. Waktu bisa mengalahkan semuanya dan menghancurkan segalanya.
Tidak ada yang abadi di dunia ini karena segalanya akan berlalu seiring waktu.” Penjelasan ringkas dari Akuma membuat mereka mengerti.
Mereka berhasil menjawab teka-tekinya dan mereka semua selamat di permainan kedua. Namun, permainan itu belum berakhir. Aiden menyuruh teman-temannya mencari amplop merah untuk mencari tahu permainan selanjutnya.
“Itu amplop merah.” Tangan kanan Maria menunjuk ke arah kipas angin. “Ayo susun mejanya, biar aku ambil,” suruhnya.
Anak laki-laki menyusun beberapa meja dan kursi agar dapat meraih amplop merah yang berada di salah satu baling-baling kipas.
Dengan hati-hati Maria menaiki meja yang telah disusun. Setelah mengambil amplop merah itu, Maria tersenyum kecil kepada teman-temannya sambil menunjuk amplop yang ada di tangannya.
Namun, mendadak baling-baling kipas itu berputar dengan cepat lantas membuat kepala Maria terputus dari tubuhnya. Kepala maria terhempas ke lantai dan darahnya membasahi seragam mereka.
Mereka termenung dengan pikiran kosong. Maria mengorbankan nyawanya demi mengambil amplop merah. Mereka keliru, nyawa mereka tidak bergantung dengan permainan yang mereka mainkan. Kapan saja mereka bisa tewas dengan tragis.
Claudia mengambil amplop merah yang terjatuh di lantai, membukanya dan membaca isinya. “Buatlah tim dan carilah lima buku harian berwarna merah di setiap sudut sekolah, milik siapa yang paling sedikit, dia akan di hukum.”
“Buku harian?” gumam Isabel melirik teman-temannya.
“Dafa, ayo satu tim denganku!” ajak Reno dan mengajak teman yang lain.