Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali menggelar pengukuhan dua guru besar di Ballroom Theater Menara Pinisi UNM, Selasa 6 Desember 2022.
Mereka yang dikukuhkan adalah Profesor.Ir Halifah Pagarra, M.Si., Ph.D dalam bidang ilmu teknik bioproses dan Prof. Hartati, S.Si, M.Si, Ph.D dalam bidang ilmu biologi dan ilmu bioteknologi umum.
Dalam sambutannya, Rektor UNM, Prof. Dr. Ir. Husain Syam, M.TP.,IPU, ASEAN Eng mengatakan, gelar profesor merupakan dambaan semua orang di perguruan tinggi. Hanya saja, tidak mudah meraihnya karena merupakan akumulasi dari seluruh kebijakan.
Menurutnya, profesor adalah sebuah pertanggung jawaban keilmuan di masing-masing bidang dan kedua guru besar hari ini memang layak dikukuhkan.
“Gelar profesor akan melekat hingga ke liang lahat. Sehingga saya berpesan agar jangan berhenti berkarya untuk kemajuan masyarakat,” seru Prof Husain Syam.
Sementara dalam orasi ilmiahnya, Prof Halifah menjelaskan tentang antibiotik yang merupakan salah satu senjata paling ampuh untuk memerangi infeksi yang mengancam jiwa, baik pada hewan maupun manusia.
Antibiotik yang membunuh bakteri disebut bakterisidal, sedangkan antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik.
Namun menurutnya, situasi berbeda terjadi saat ini, di mana sekitar setengah dari jumlah antibiotik yang di produksi di dunia, ditambahkan dalam pakan (untuk peternakan) dengan proporsi besar diberikan dalam dosis subterapeutik, bukan untuk mengobati penyakit, tetapi memacu pertumbuhan ternak yang dikenal dengan nama antibiotik growth promoters.
Di tempat yang sama, Prof Hartati memaparkan tentang green technology extraction. Menurutnya, berbagai upaya dilakukan manusia untuk mendapatkan metabolit hasil semaksimal mungkin melalui proses ekstraksi.
Metode pemisahan dengan ekstraksi saat ini, kata Prof Hartati, telah mengalami kemajuan dengan dimanfaatkannya ekstraksi fluida superkritis (SFE).
“SFE adalah proses pemisahan satu komponen dari suatu matriks menggunakan cairan superkritis sebagai pelarut ekstraksi,” terangnya.
Lebih lanjut Prof Hartati menjelaskan, penggunaan teknologi ekstraksi fluida superkritis telah digunakan untuk mengektraksi biji mahoni. Riset ini telah dikembangkan selama 11 tahun.