Kemunculan Ya’juj dan Ma’juj disebut sebagai salah satu tanda-tanda hari kiamat. Menurut Ulama Fiqih Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, mereka muncul sebagai kelompok perusak bumi setelah Dajjal terbunuh sebagaimana disebut dalam buku Teologi Al Banjari oleh Khairil Anwar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 99 yang menyinggung tentang hal tersebut,
۞ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا ۙ
Artinya: “Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya.”
Kemunculannya yang digambarkan dengan mengerikan ini, tentu membuat sebagian muslim bertanya-tanya mengenai asal usul dari Ya’juj dan Ma’juj. Seperti apa asal usulnya?
Asal Usul Ya’juj dan Ma’juj, Salah Satu Tanda Kiamat Besar
1. Anak yang membangkang
Kisah asal usul kaum penghancur bumi ini diceritakan dalam buku Fitnah Dajjal & Ya’juj dan Ma’juj: Mengungkap Misteri Kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj yang ditulis oleh Lilik Agus Saputro.
Diketahui, ternyata kelompok ini sudah ada sejak zaman nabi. Berawal dari kisah wafat Nabi Nuh AS yang memanggil seluruh anaknya. Kemudian, Nabi Sulaiman AS pun membantunya untuk memanggil mereka tetapi hanya satu anak yang memenuhi panggilan tersebut.
Dua anak lain, Ham dan Yafits, memilih untuk mengerjakan aktivitas mereka masing-masing. Salah satunya, Yafits, memilih untuk bersama istrinya. Hal inilah yang membuat Allah SWT menurunkan ganjaran pada mereka.
2. Kelahiran Sannaf
Hingga tibalah suatu hari, Yafits melanjutkan hidupnya bersama sang istri dan memiliki keturunan yang diberi nama Sannaf. Namun, seiring berjalannya waktu dan Sannaf bertumbuh besar, mulai nampak keganjilan darinya.
“Kelak sudah besar, sosok Sannaf ini mengalami keganjilan. Ia tumbuh tidak seperti manusia normal lainnya. Anak inilah yang kemudian disebut dengan Ya’juj dan Ma’juj,” tulis buku tersebut.
Sannaf yang tumbuh besar pun mulai memiliki banyak keturunan. Selain wujudnya yang ganjil, para keturunan Sannaf pun memiliki nafsu makan yang tidak normal. Mereka tidak pernah merasa kenyang dan puas.
3. Kelompok yang meresahkan sekitarnya
Para kelompok keturunan Sannaf yang kemudian dikenal dengan Ya’juj dan Ma’juj pun mulai menghabiskan air di sekitar mereka. Hal ini meresahkan masyarakat sekitar karena dianggap menghabiskan seluruh sumber daya alam.
Masyarakat sekitarnya pun mengalami krisis air dan makanan. Tidak sampai di situ, sejumlah kerusakan alam pun terjadi di mana-mana. Melalui keadaan ini, Allah SWT mengutus Nabi Zulkarnain AS dengan berbaur dengan masyarakat tersebut.
Mereka pun diminta Nabi Zulkarnain untuk meninggalkan wilayah tersebut. Selain itu, Nabi Zulkarnain juga diutus untuk mendirikan bangunan atau dinding yang terbuat dari tembaga dan besi. Bangunan tersebut yang nantinya digunakan mengurung Ya’juj dan Ma’juj.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 94,
قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّ
Artinya: Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?”
Atas izin Allah, dinding tersebut terjaga kekuatannya hingga waktu yang ditentukan Allah SWT untuk terbuka yakni, menjelang datangnya hari kiamat kubra. Kuasa Allah SWT telah membentengi keberadaan mereka dari kita.
Sama halnya dengan hari kiamat, Ya’juj dan Ma’juj sejatinya adalah rahasia Allah SWT. Asal usul, sejarah, hingga kemunculannya tersimpan rapat hingga tak bisa diketahui manusia.
Namun sebagai seorang muslim, keberadaan Ya’juj dan Ma’juj wajib diyakini. Keyakinan inilah yang membantu muslim menyiapkan diri menghadapi hari kiamat dengan selalu taat pada aturanNya.