Sambil berjalan riang menjajal rumah ke rumah, sampai langit mulai memerah tanda malam akan tiba.
Pendapatan hari itu cukuplah lumayan untuk keluarga di hari esok. Maka Kami memutuskan untuk pulang, tapi malam itu dalam perjalanan pulang, seseorang bermata merah di perempatan jalan berniat merebut tas kami, untung saja si Apey reflek langsung menggenggam erat tali tas tersebut.
Dua lawan satu pastilah berani kami hadapi, namun dia ternyata lebih banyak masa, teman-temannya datang menyerbu membabibuta. Hari yang indah menjadi malang, tanpa sepeser uang dibawa pulang, lebam luka di muka menjadi untung laba hari ini.
Semua itu sudah berlalu, sampai kini aku telah menguasai ilmu baru dan mahir sebagai tukang service AC. Aku pikir sekarang sudah saatnya membuka ladang pekerjaan baru untukku sendiri.
Ternyata si bapa yang memberikan banyak bonus itu, aku pahami betul maksudnya agar aku bisa berdiri tanpa telunjuk tangan orang lain. Dari modal separuh dan berjuang sepenuhnya, akhirnya keluarga kami menjadi lebih baik.
Rumah sederhana milik sendiri dengan toko service AC dan beberapa karyawan. AC inilah yang memberi kehidupan pada perjalanan kami, memberikan kesejukan kepada manusia lain, juga menghidupi tubuh keluarga kami sehari-hari.
Penulis: Ghiyats Ardin Muhammad
BACAÂ CERPEN LAINNYA DISINI