Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Pendidikan Nasional dan Pemuda Prancis melangsungkan pertemuan Kelompok Kerja Bersama (Joint Working Group/JWG) ke-2 di bidang Pendidikan Dasar, Menengah Umum dan Kejuruan yang berlangsung di Paris, Prancis, Senin hingga Selasa, (26-27/6).
Pertemuan ini diadakan setelah digelarnya Pertemuan JWG bidang Pendidikan ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan September 2019 silam dan juga pertemuan antara Menteri Pendidikan Nasional dan Pemuda Prancis, Pap Ndiaye, dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim pada bulan Mei 2023 lalu.
Delegasi Kemendikbudristek yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbudristek, Suharti, disambut oleh Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional dan Pemuda Prancis, Thierry Le Goff. Dalam pidato pembukaannya, Thierry Le Goff menyampaikan kembali terkait pertemuan kedua Menteri Menteri Ndiaye dan Menteri dan mengapresiasi kerja sama kedua negara khususnya pada bidang Pendidikan teknis dan pelatihan kejuruan (Technical and Vocational Education and Training/TVET).
Bagi Prancis, kerja sama dalam bidang kejuruan sangat penting, sebab jurusan kejuruan dan teknis sedang mengalami pembaharuan agar lulusannya dapat terserap oleh lapangan pekerjaan. “Kami ingin agar jurusan tersebut diakui dan sesuai dengan kebutuhan pasar, agar orang-orang yang memilih kejuruan dan teknis dapat berhasil. Kerja sama tersebut akan dilancarkan oleh kesepakatan antara dua negara dan bermanfaat bagi anak muda baik di Indonesia maupun Prancis,” ucap Thierry.
Prancis mendukung inisiatif untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Untuk pendidikan usia dini dan pelatihan para guru merupakan suatu pilar yang sangat penting di dua negara kita. Sejak tahun 2019, di Prancis, pendidikan usia dini dimulai dari usia 3 tahun, Prancis ingin memperkuat pendidikan dasar anak saat TK dan sekolah dasar dengan menjamin pengetahuan fundamental (literasi dan numerasi). Selain itu, Pengajaran bahasa asing juga merupakan tantangan penting untuk Prancis, baik dalam konteks Uni Eropa maupun internasional.
Menanggapi hal dimaksud, Sesjen Kemendikbudristek, Suharti, dalam sambutan pembukaan di JWG ke-2 bidang Pendidikan ini, menekankan bahwa dengan dilaksanakannya JWG dapat menjadi momentum yang baik bagi kedua negara membangun kerja sama yang berkesinambungan dan untuk dapat melahirkan insiatif-inisiatif strategis dalam bidang Pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan vokasi.
Suharti mengungkapkan keinginannya untuk menindaklanjuti pertemuan Menteri Nadiem dengan sejumlah lembaga permuseuman dan cagar budaya Prancis pada pertengahan Mei lalu, yaitu dengan Institut National du Patrimoine (INP) terkait tenaga konservasi (pemugaran) cagar budaya, dan rencana menghubungkan kebutuhan tersebut dengan pendidikan vokasi bangunan. Pertemuan lainnya adalah dengan France Museums terkait kerja sama pameran dan peningkatan kapasitas SDM Museum di Indonesia, terakhir dengan Quai Branly terkait kemungkinan kerja sama di bidang pameran, karena terdapat 12.000 obyek koleksi yang berasal dari Indonesia. Indonesia berencana akan mengirim peneliti dan kurator untuk menjajaki kerja sama pameran, penerbitan.
Mengambil manfaat dari kerja sama pendidikan antar kedua negara, Suharti mengharapkan bahwa siswa Indonesia dan Prancis dapat bertemu dan saling belajar satu sama lain, Suharti juga mendorong pemuda pemudi Prancis untuk mengikuti program Darmasiswa RI dalam rangka meningkatkan mobilisasi pelajar kedua negara.
Suharti menyampaikan transformasi pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kebijakan ‘Merdeka Belajar’ atau emancipated learning dipusatkan pada peserta didik dan menekankan pada pentingnya kemampuan dasar yaitu literasi, numerasi, dan penguatan karakter. “Melihat dari Nilai PISA tahun 2018 bahwa rata-rata nilai siswa Prancis mencapai 493 untuk literasi atau membaca, 495 untuk matematika, dan 493 untuk sains. Sementara siswa Indonesia baru mencapai 371 untuk literasi, 379 untuk matematika, dan 396 untuk sains. Sudah selayaknya kami perlu belajar dari Prancis dan terus membangun Kerja sama untuk mendapatkan pembelajaran dari berbagai praktik baik yang terjadi di Prancis,” terangnya.
Suharti juga menyampaikan bahwa Transformasi yang dilakukan Kemendikbudristek antara lain melalui perbaikan kurikulum yang lebih menekankan pada kemampuan dasar, peningkatan kompetensi guru, pembiayaan yang lebih adil, pelaksanaan asesmen nasional yang digunakan untuk mengukur kinerja pendidikan dan membuat perencanaan di tingkat sekolah, serta penyediaan bacaan yang bermutu untuk mendukung kemampuan literasi para siswa. Berbagai penguatan juga dilakukan untuk meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan vokasi termasuk dalam pelibatan dunia usaha dan dunia industri. “Kami yakin banyak peluang kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Prancis terkait pendidikan vokasi, baik untuk jenjang pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi,” kata Suharti.
Membuka rangkaian pertemuan, turut hadir Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako, dan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Mohammad Umar, menyampaikan bahwa kerja sama Indonesia-Prancis diharapkan dapat berkontribusi dalam penyediaan sumber daya manusia yang unggul dan profesional menuju Indonesia Emas 2045. Dubes Umar juga menekankan pentingnya proses identifikasi kebutuhan kompetensi SDM untuk mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang.
Turut hadir bersama dalam JWG RI-Prancis bidang Pendidikan ke-2 sebagai pembicara, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, yang menyampaikan terkait prioritas kerja sama Indonesia dan Prancis di bidang TVET termasuk progres dari kerja sama yang telah dilakukan selama ini.
Selanjutnya, Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Santi Ambarukmi, yang menyampaikan peluang kerja sama untuk peningkatan kompetensi guru PAUD, serta Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana yang menyampaikan program strategis untuk peningkatan promosi Bahasa Indonesia di Prancis maupun Bahasa Prancis di Indonesia. Selain itu, hadir dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Iip Ichsanudin, yang menyampaikan terkait transformasi pendidikan melalui ‘Kurikulum Merdeka’ serta berbagai peluang bagaimana kedua negara dapat bekerja sama ke depan.
Dalam pertemuan JWG ke-2 bidang Pendidikan ini, Indonesia dan Prancis mengadopsi Rencana Aksi Bersama (Joint Plan of Action) baru untuk tahun 2023-2025 yang berfokus pada empat area kerja sama, antara lain; (1) Pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan vokasi dan kebudayaan, (2) Kurikulum, Asesmen dan Inovasi Pendidikan, (3) Pengembangan Guru pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar, (4) Peningkatan bahasa antar kedua negara.
Suharti menyampaikan harapannya agar kerja sama ini dapat bersifat konkrit dan dapat dirasakan manfaatnya oleh kedua negara, “Tentunya kerja sama dilakukan atas dasar kepentingan bersama antara kedua pihak. Semoga kerja sama ini dapat dirasakan manfaatnya dan dapat langsung diterapkan dan ditindaklanjuti implementasinya selama 2 tahun ke depan,” pungkas Sesjen Kemendikbudristek.
Pertemuan ditutup dengan penandatanganan ‘Rencana Aksi Bersama untuk Implementasi dari Memorandum Saling Pengertian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Nasional dan Pemuda Republik Prancis di Bidang Pendidikan periode 2023-2025’, oleh kedua Sekretaris Jenderal dan disaksikan oleh Dubes RI Paris.
Lebih lanjut, pada pertemuan ini disepakati bahwa pelaksanaan JWG RI-Prancis bidang Pendidikan selanjutnya akan dilakukan setiap 2 tahun sekali secara berkala. JWG selanjutnya akan dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2025.
Pada hari ke-2 rangkaian JWG, Delegasi Indonesia kemudian melakukan kunjungan ke dua lembaga pendidikan teknis dan pelatihan kejuruan/vokasi (technique et de formation professionnelle/EFTP), yaitu SMK Emilie du Châtelet dii Serris dan SMK Samiel de Champlain di Chennevières sur Marne. Kedua lembaga pendidikan tersebut bergerak di bidang kuliner, perhotelan dan konstruksi ramah lingkungan; sektor-sektor yang merupakan sektor gabungan kepentingan kedua negara. Negara Prancis dan Indonesia telah melakukan banyak kerja sama bilateral di bidang pendidikan teknis dan pelatihan kejuruan di dalam berbagai bidang, mulai dari efisiensi energi hingga transportasi dan logistik, yang bermanfaat bagi Indonesia dan Prancis.(*)