Barru, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) selalu diindentikkan oleh sebagian kalangan sebagai panggung umbar janji dan “mendadak” merakyat.
Beberapa orang menganggap anggapan itu ada benarnya. Tapi untuk Pasangan Suardi Saleh – Aska Mappe (SS-AK) harus ada pengecualian.
Sebab, duet nomor urut 2 di Pilkada Barru ini, jauh sebelum hiruk pikuk pilkada, memang dikenal sederhana dan dekat dengan rakyat.
Suardi Saleh misalnya, oleh warga Barru dikenal sebagai pemimpin yang manyameng ininnawa. Sederhana, apa adanya dan sangat peduli.
Suardi Saleh yang berlatar belakang politisi dan Birokrat ini, seolah ingin memberi pesan, bahwa duka rakyat harus dirasakan bersama.
Kebahagiaan warga juga mesti menjadi perekat kebersamaan.
Kebiasaan Suardi Saleh hingga saat ini masih terus terjaga.
Meski disibukkan dengan agenda sosialisasi, namun ia tak lantas pasang “wibawa” atau jual mahal menyapa rakyat.
Di hampir semua kegiatan yang dihadiri, dengan penuh keramahan, Suarsi Saleh selalu saja menyempatkan menyapa dan menyalami warga.
Termasuk berbincang penuh kehangatan.
Pemandangan ini terlihat saat Suardi Saleh melakukan sosialisasi di beberapa titik waktu lalu.
Tanpa pengawalan, ia kadang tercyduk menghampiri warga yang sedang bersantai di halaman rumah.
Seperti biasa, Suardi Saleh menyalami dan menanyakan kabar warga, sembari sebagian yang ditemui merasa histeris ketika melihat sosok yang dikaguminya selama ini.
“Seperti itulah sikap pemimpin
Insyaallah, ku doakanki”, tutur Syamsuddin ketika dihampiri Suardi Saleh. Rabu (30/9/2020).
Menurutnya, selain sederhana, Suami anggota DPR RI Hj. Hasnah Syam itu juga dinilai sangat layak kembali memimpin Barru.
“Kita ini orang Barru butuhki pemerintah yang mau mendengar dan dekat dengan rakyatnya.
Dan saya lihat, Pak Suardi dan Pak Aska itu sangat pas.
Aslinya memang sederhana,” tuturnya.
Seperti diketahui, baik Suardi Saleh maupun Aska Mappe, sejak dulu selalu menunjukkan aksi kepedulian dan kemanusiaan.
Bahkan tak jarang, mereka mendatangi langsung rumah warga tertimpa musibah.
Dan lagi-lagi, itu bukan dilakukan menjelang pilkada, tapi sejak dulu.
(BORAHIMA)
