Ketahui Dampak Jangka Panjang Penggunaan KB Spiral

KB spiral, atau IUD (intrauterine device), adalah jenis kontrasepsi jangka panjang yang terbuat dari plastik dan tembaga berbentuk “T” kecil. Alat ini dipasang di rahim oleh dokter atau bidan.

IUD bekerja dengan melepaskan hormon progesteron sintetis ke dalam rahim, dan dapat mencegah kehamilan selama 5 hingga 10 tahun. Meskipun kebanyakan pengguna tidak mengalami efek samping, pengalaman dapat bervariasi.

Karena IUD adalah benda asing dalam tubuh, ada kemungkinan terjadinya efek samping jangka panjang. Apa saja dampak yang perlu diwaspadai dari penggunaan KB spiral?

- Iklan -

Efek Samping Jangka Panjang Penggunaan KB Spiral

Penggunaan KB spiral dapat menimbulkan beberapa risiko dan efek samping jangka panjang. Meskipun jarang terjadi, berikut adalah beberapa efek samping yang perlu diketahui:

Kista Ovarium

Sekitar 12 persen pengguna KB IUD mungkin mengalami kista ovarium. Gejala kista ovarium meliputi:

– Nyeri perut dan perasaan bengkak.
– Nyeri saat buang air besar.
– Mual dan muntah.
– Nyeri saat menstruasi.
– Nyeri saat berhubungan seksual.

- Iklan -

Kista ovarium umumnya hilang dalam satu atau dua bulan, namun terkadang memerlukan perhatian medis. Jika kamu menduga mengalami kista ovarium, segeralah konsultasikan dengan dokter.

Baca Juga:  Ini Penyebab Utama Tipes, Bukan Karena Kelelahan Bekerja

Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul adalah kondisi yang relatif umum pada organ reproduksi wanita, seringkali disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS). Namun, radang panggul juga bisa terjadi meski tidak ada riwayat IMS sebelumnya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, risiko radang panggul meningkat dalam 3 minggu pertama setelah pemasangan KB spiral.

- Iklan -

Gejala penyakit radang panggul meliputi:

– Nyeri perut, terutama di bagian bawah.
– Nyeri saat berhubungan intim dan buang air kecil.
– Keputihan berbau tidak sedap.
– Menstruasi yang tidak teratur.
– Kelelahan.
– Demam.

Perforasi

Perforasi adalah kondisi di mana terjadi lubang atau luka pada jaringan atau permukaan padat, seperti kulit atau organ dalam. Meskipun jarang, KB IUD dapat menyebabkan perforasi rahim jika tidak dipasang dengan benar, atau jika dipasang saat seorang wanita sedang menyusui.

Jika perforasi terjadi, efeknya bisa meliputi:

Baca Juga:  Apakah Kista Ovarium Berbahaya? Kenali Penyebabnya

– Menurunnya efektivitas KB spiral dalam mencegah kehamilan.
– Bekas luka pada rahim yang bersifat permanen.
– Kerusakan pada organ sekitar.
– Risiko infeksi.

Jika perforasi rahim terjadi, KB spiral harus segera diangkat melalui pembedahan oleh dokter.

Kehamilan Tidak Diinginkan

Meski KB spiral sangat efektif dalam mencegah kehamilan, risiko kehamilan tetap ada. Kemungkinan hamil hanya sekitar 0,2 persen dari 100 pengguna dalam satu tahun.

Pergeseran atau Ekspulsi

Pergeseran atau ekspulsi KB IUD adalah kondisi di mana IUD keluar dari tempatnya, biasanya saat menstruasi. Ini dapat terjadi jika ukuran IUD terlalu kecil atau jika bahan IUD tidak sesuai.

Rahim dapat secara alami mendorong IUD keluar. Risiko pergeseran ini lebih tinggi pada pengguna menstrual cup, wanita di bawah 20 tahun, atau yang belum pernah hamil.

Jika posisi KB spiral tidak segera diperbaiki oleh dokter, efektivitas kontrasepsi dapat menurun.

Penting untuk memahami dampak jangka panjang penggunaan KB spiral. Jika ada pertanyaan atau kekhawatiran mengenai alat kontrasepsi ini, konsultasikan dengan dokter.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU