Kata “ikhlas” dan “ridho” sering dianggap memiliki makna yang sama, sehingga terkadang digunakan secara bergantian dalam konteks yang sama. Padahal, masing-masing kata ini memiliki penempatan dan makna yang berbeda.
Banyak orang yang salah memahami perbedaan antara kedua kata ini. Kata “ikhlas” lebih sering digunakan daripada “ridho,” dan sering dianggap sebagai sikap yang berlaku untuk semua hal.
Sementara itu, “ridho” dianggap sebagai salah satu bentuk pemberian Allah kepada hamba-Nya. Namun, ini tidak selalu benar. Seseorang juga bisa memiliki sifat ridho, bukan hanya dalam konteks menerima takdir Allah.
Sebagai contoh, jika ada yang mengatakan “Aku ridho diberi sakit oleh Allah,” itu adalah ucapan yang benar. Justru, ucapan seperti “Aku ikhlas diberi sakit oleh Allah” bisa menimbulkan kerancuan.
Perbedaan Ikhlas dan Ridho
Kata “ikhlas” biasanya digunakan dalam konteks memberi, melakukan, atau berkorban untuk agama, khususnya Islam.
Sedangkan “ridho” lebih sering digunakan untuk menyatakan penerimaan terhadap sesuatu. Misalnya, “Saya ikhlas membantumu” atau “Saya ridho menerima kenyataan itu.” Di sini, perbedaannya bisa dipahami dengan jelas.
Secara bahasa, “ikhlas” berarti jernih, bersih, murni, atau tanpa campuran. Sementara itu, “ridho” berarti rela, menerima, menyetujui, puas, senang hati, berkenan, atau suka.
Dari segi arti kebahasaan, perbedaan ini sudah terlihat jelas. “Ikhlas” lebih kepada niat yang bersih, sedangkan “ridho” mencerminkan sikap pasrah dan legowo dalam menerima takdir.
Makna Ikhlas dan Ridho dalam Amal
Ikhlas adalah sikap melakukan sesuatu hanya karena Allah, dengan harapan balasan atau pahala dari-Nya. Dalam beramal, berarti memurnikan niat hanya karena Allah tanpa terpengaruh oleh duniawi. Sementara itu, ridho adalah kerelaan yang sepenuhnya, tanpa ada rasa keberatan atau ganjalan terhadap takdir atau keputusan Allah.
Orang yang ridho terhadap keputusan Allah akan merasa sabar dalam menghadapi cobaan dan bersyukur atas nikmat-Nya. Ia yakin bahwa apa yang diterimanya adalah keputusan terbaik dari Allah SWT.
Perbedaan dalam Sikap Manusia
Perbedaan penting lainnya adalah bahwa “ridho” bersifat dua arah. Manusia bisa ridho atas keputusan Allah, dan sebaliknya, Allah pun ridho terhadap hamba-Nya. Hal ini tercermin dalam QS Al-Bayyinah ayat 8, yang artinya: “Allah ridho terhadap mereka, dan mereka pun ridho kepada-Nya.”
Salah satu ciri orang yang ridho adalah menerima segala sesuatu dengan lapang dada, tanpa tertekan, dan menghadapinya dengan tabah, tidak berputus asa atau kecewa.
Ridho Berbeda dengan Pasrah
Penting untuk dicatat bahwa ridho sangat berbeda dengan pasrah, apalagi dengan menyerah atau putus asa. Orang yang ridho pada keputusan Allah tetap berusaha dan berikhtiar, bahkan dalam prosesnya, ia mungkin sudah menunjukkan sikap ridho, sambil terus berjuang.
Baik ikhlas maupun ridho, keduanya merupakan sikap yang sulit diukur karena letaknya ada di dalam hati. Seseorang bisa saja mengucapkan bahwa ia sudah ikhlas atau ridho, tetapi itu belum tentu sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Bahkan, bisa jadi kedua sikap tersebut hilang dari hati seiring waktu atau situasi.
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih mendalam dalam menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama, dengan ikhlas dalam beramal dan ridho terhadap takdir Allah. (*)