Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa harga pasar seorang pemain sepak bola bisa sangat bervariasi, bahkan jika mereka bermain di liga dengan level berbeda? Mari kita teliti kasus menarik antara Rafael Struick dan Arkhan Kaka, dua pemain muda berbakat Indonesia yang ternyata memiliki harga pasar yang sama persis.
Harga yang Sama, Nasib yang Beda
Rafael Struick yang bermain di Liga 2 Belanda dan Arkhan Kaka yang berkarier di Liga 1 Indonesia memiliki nilai pasar yang sama menurut Transfermarkt, yaitu sekitar Rp1,3 miliar. Padahal, pengalaman bermain dan level kompetisi yang mereka hadapi sangat berbeda. Mengapa bisa begitu?
Rahasia di Balik Harga Pasar Pemain
Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat bagaimana Transfermarkt menentukan harga pasar seorang pemain sepak bola. Beberapa faktor yang diperhitungkan meliputi:
Prospek Masa Depan: Potensi perkembangan pemain di masa depan.
Usia: Pemain muda biasanya memiliki nilai pasar yang lebih tinggi karena potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Performa: Penampilan yang konsisten dan impresif di klub maupun tim nasional dapat meningkatkan nilai pasar.
Reputasi: Semakin terkenal seorang pemain, semakin tinggi pula nilai pasarnya.
Pengalaman: Pemain dengan pengalaman bermain lebih banyak cenderung memiliki nilai pasar yang lebih tinggi.
Kerentanan Cedera: Pemain yang sering cedera biasanya memiliki nilai pasar yang lebih rendah.
Kondisi Keuangan Klub dan Liga: Tingkat kompetisi dan kekuatan finansial klub juga mempengaruhi nilai pasar pemain.
Perjalanan Harga Pasar Rafael Struick
Ketika nilai pasar Rafael Struick pertama kali diperkirakan pada tahun 2022, dia masih bermain di tim U-21 ADO Den Haag dengan nilai yang sangat rendah. Namun, setelah beberapa penampilan di tim senior dan debut bersama Timnas Indonesia, nilainya meroket drastis. Sayangnya, kenaikan ini tidak berlanjut karena ia jarang mendapatkan kesempatan bermain di musim berikutnya.
Lonjakan Harga Pasar Arkhan Kaka
Berbeda dengan Rafael Struick, Arkhan Kaka langsung mendapatkan nilai pasar yang tinggi saat pertama kali diperkirakan. Ini disebabkan oleh banyaknya penampilan yang ia raih di level senior bersama Persis Solo. Semakin banyak menit bermain yang didapat, semakin tinggi pula nilai pasarnya.
Dari perbandingan antara Rafael Struick dan Arkhan Kaka, kita dapat melihat bahwa nilai pasar seorang pemain sangat dipengaruhi oleh performa dan kesempatan bermain yang diperoleh. Semakin konsisten dan impresif penampilan seorang pemain, semakin tinggi pula nilai pasarnya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa nilai pasar seorang pemain tidak selalu mencerminkan kualitas sebenarnya. Banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan, dan kesempatan bermain sangat penting bagi pemain muda untuk berkembang. (*)