Hidup seringkali dipenuhi dengan kebahagiaan, tetapi juga tak lepas dari musibah. Saat kita berada di puncak kesuksesan, segalanya terasa lebih mudah dan menyenangkan.
Ibarat gula, di saat kita sukses, banyak orang akan mengagumi dan mendekat kepada kita. Kebutuhan fisik dan keinginan kita tampak mudah terpenuhi. Makanan lezat, perjalanan ke tempat-tempat mewah, semua terasa dapat diraih. Kita sering kali berharap untuk hidup seribu tahun.
Namun, bagaimana jika kita menghadapi ujian? Ujian berupa musibah, penyakit, atau kekurangan harta. Hidup bagaikan roda yang terus berputar, dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Di saat kita mengalami kesulitan, seringkali tidak ada lagi sanjungan dari mereka yang dulu mendekat. Kekayaan yang mudah didapatkan tiba-tiba menjadi sulit, dan kemewahan lenyap, digantikan oleh kesengsaraan.
Pada kondisi ini, banyak dari kita cenderung mengeluh. Tiada hari tanpa keluh kesah. Kita sering kali memaki keadaan, padahal saat ini jiwa kita sedang diuji.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155-157, Allah berfirman bahwa Dia akan menguji kita dengan ketakutan, kelaparan, dan kekurangan. Namun, Allah juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, yang mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” saat ditimpa musibah. Mereka adalah yang mendapat rahmat dan petunjuk dari Allah.
Surah ini seharusnya menjadi pegangan kita dalam menjalani hidup. Kita perlu memahami bahwa sabar itu sulit, terutama ketika kita tidak menyadari bahwa segala sesuatu di dunia adalah ujian.
Harta, karir, dan keluarga yang kita miliki adalah titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau malah kufur? Kita harus ingat bahwa semua yang kita miliki adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya kapan saja.
Inilah makna keikhlasan: ikhlas dalam kebahagiaan dan kekayaan, serta ikhlas saat menghadapi ujian hidup. Kita harus melihat kesulitan sebagai pengalaman, dan percaya bahwa setiap cobaan memiliki hikmah dan pahala yang besar.
Rasulullah SAW bersabda bahwa pahala besar datang bersama cobaan besar. Jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridho, maka Allah pun ridho padanya.
Kita harus menerima ketentuan Allah dan menyadari bahwa segala sesuatu telah ditetapkan dalam Lauhul Mahfudz. Allah berfirman bahwa setiap bencana telah tertulis sebelum diciptakan, dan itu mudah bagi-Nya.
Dengan penuh keikhlasan, mari kita jalani hidup ini, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesedihan. (Kultum/Ana)