Khutbah II
Amalan shalih tak akan pernah lurus tanpa ilmu yang benar, ilmu yang berdasarkan pada wahyu, ilmu yang berdasarkan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka siapapun yang ingin beramal shalih, hendaklah ia menuntut ilmu. Agar amalnya diterima oleh Allah, agar amalnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jangan sampai dia menganggap itu amal shalih, ternyata disisi Allah tidak shalih. Karena sesuatu disebut amal shalih yaitu yang menurut Allah dan RasulNya sebagai amalan shalih, bukan menurut kita baik. Karena sesuatu yang menurut kita baik belum tentu disisi Allah sebagai amalan shalih.
Oleh karena itu saudaraku, di situ Allah menyifati amal dengan amalan shalih untuk memberitahu kepada kita bahwasanya amal itu hendaknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tidak mungkin kita bisa mengetahui bagaimana tatacara ibadah Rasulullah kalau kita tidak duduk di majelisnya ilmu, kalau kita tidak berusaha mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka saudaraku, marilah kita makmurkan masjid-masjid Allah dengan menuntut ilmu Allah (selain shalat berjamaah). Mari kita berusaha menggali agama ini. Karena sesungguhnya kita akan hidup di dunia sementara, di kubur kita akan ditanya tentang tiga perkara. Yang pertama adalah siapa Rabbmu, yang kedua siapa Nabimu, dan yang ketiga apa agamamu? Dan itu tidak mungkin bisa dijawab dengan hafalan, saudaraku. Tapi harus dengan menuntut ilmu dan amal.
Maka itulah kebahagiaan. Yaitu ketika seorang hamba berhasil menjawab tiga pertanyaan itu. Maka Allah berikan kenikmatan di alam kuburnya. Ia bahagia di kuburnya, ia pun tentram di kuburnya, dikatakan kepadanya:
نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ
“Tidurlah kamu seperti tidurnya pengantin.” (HR. Tirmidzi).