Khutbah Jumat 23 September 2022: Islam Melarang Bullying atau Perundungan

Teks khutbah Jumat ini 23 September 2022 mengajak kepada umat Islam untuk memperhatikan bahaya bullying atau perundungan.

Tindakan bullying atau perundungan termasuk di lingkungan pendidikan membawa mudharat secara fisik dan mental.

Oleh karena itu, tindakan bullying harus segera dihentikan.

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى
مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya.

Karena dengan ketakwaan, setiap persoalan hidup yang kita alami akan ada jalan keluarnya dan akan ada pula rezeki yang datang kepada kita tanpa disangka-sangka, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran surah At-Talaq Ayat 2 dan 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

- Iklan -

Artinya, “Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS At-Talaq: 2-3).

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhânahu wa ta’âla.

Beberapa waktu ini kita sering sekali mendengar suatu berita dan kabar tentang perilaku bullying yang terjadi di pesantren.

Tentunya berita ini membuat kita sedih dan prihatin di hati masyarakat yang menaruh kepercayaan terhadap pendidikan pesantren sehingga memasukkan anak-anak mereka ke pesantren.

Tentu! Dan harus digarisbawahi oleh jamaah sekalian, bahwa tindakan tersebut merupakan perilaku oknum, dan tentu tidak semua pesantren-pesantren di Indonesia dapat disamaratakan kondisinya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Dari peristiwa tersebut, kita seharusnya perlu sadar bahwa bukan hanya di pesantren tindakan bullying ada.

Ia bahkan terjadi di berbagai tempat dan institusi di negeri kita.

Baik institusi pendidikan, perkantoran, dan yang lainnya.

Hal tersebut membuat kita terenyuh ketika mendapati bahwa tindakan-tindakan bullying yang terjadi di negeri kita merupakan cerminan dari perilaku masyarakat kita sendiri.

Itulah yang telah hilang dari kita, yaitu akhlak.

Jelas sekali bagi kita, tindakan bullying ataupun perundungan yang menyentak alam sadar kita, bukan saja dampak psikologis yang diakibatkan, bahkan hingga menghilangkan nyawa.

Berapa banyak korban yang psikologisnya terdampak akibat tindakan bullying.

Hal tersebut tentunya dapat merusak masa depan si korban.

Bagaimana tidak? Pasca menerima tindakan bullying ia akan merasakan trauma dan depresi, lebih-lebih apabila tidak ada orang di sekitarnya yang peduli.

Bullying sendiri adalah perilaku agresif yang melibatkan berbagai perilaku, baik berupa kekerasan fisik seperti memukul, menampar, memalak, menendang, dan membuat gerakan kasar lainnya, atau kekerasan verbal seperti menghina, memanggil dengan panggilan buruk, menebar gosip, menuduh, dan sebagainya, maupun psikologis, seperti mengucilkan, menatap sinis, mempermalukan di depan umum, dan sebagainya.

Baca Juga:  Sekelumit dari Kemuliaan Abu Bakar Shidiq

Umumnya oleh yang lebih senior, lebih kuat, dan berstatus sosial lebih tinggi daripada korban bullying.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam Al-Quran setidaknya ada 3 istilah yang masuk kategori bullying.

Ketiganya bukanlah cerminan dari sifat seorang yang beriman kepada Allah, dan sudah barang pasti ketiga hal tersebut dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Istilah pertama adalah istihza, artinya adalah mengolok-olok.

Disebutkan dalam surah Al-Baqarah

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Artinya, “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”.

Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. (QS Al-Baqarah :14).

Istilah yang kedua adalah sakhr, yaitu merendahkan dan mengejek.

Hal ini pernah disebutkan Al-Quran ketika menyinggung umat Nabi Nuh yang mengejek Nabi Nuh ketika hendak membuat bahtera.

Dalam surah Hud ayat 38 disebutkan:

وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ

Artinya, “Mulailah Nuh membuat bahtera.

Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya.

Berkatalah Nuh: “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami).” (QS Hud : 38).

Istilah yang ketiga adalah talmiz, saling mencela.

Disebutkan dalam surah al-Hujurat ayat 11:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.

Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.

Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.

Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS al-Hujurat: 11).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Ketiga jenis tindakan bullying sebagaimana di atas, yaitu mengejek, mengolok-olok, memanggil dengan julukan yang tidak baik bahkan hingga menyakiti fisik sangat tidak dibolehkan, apalagi bagi kita sebagai orang-orang Islam.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai teladan kita, pernah bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang [disebut] muslim adalah manakala orang-orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya”. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari) .

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Minggu, 24 November 2024: Fokus Perhatian

Tegas sekali hadis yang disebutkan tadi mengajak kita supaya menjaga ucapan, jangan sampai kata-kata yang kita keluarkan dapat menyakiti orang lain.

Naudzubillah kita malah sengaja melakukan tindakan caci maki yang dapat menyakiti orang lain.

Juga, kita diperintah oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga tindakan kita, jangan sampai menyakiti fisik orang lain, bahkan apabila ada yang berbuat salah di sekitar kita, kita seenaknya saja menghakimi orang tersebut.

Terlebih hal ini kerap terjadi pada orang yang merasa lebih senior, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dalam sabdanya:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا

Artinya, “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan di antara kami”. (Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi).

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala.

Sudah selayaknya kita menghindari tindakan bullying.

Hendaknya yang besar menyayangi yang kecil, mengayomi, mengajari kebaikan, dan menegur dengan baik jika melakukan kesalahan.

Sebaliknya, sebagai timbal balik, yang kecil pun menghormati yang besar, yang lebih senior, yang patut dihormati dan dijadikan teladan.

Tidak mengolok-olok satu sama lain, mencela atau menyebut orang lain dengan sebutan yang jelek.

Apabila hal ini sudah menjadi kesadaran di tengah masyarakat kita, niscaya hidup kita akan damai dan tak ada bullying di antara kita.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ
العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَ

Ustadz Amien Nurhakim (Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

 

Sumber: islam.nu.or.id.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU