Artinya:
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, dan saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. (Q.S. al-‘Ashr: 1-3)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ayat tersebut sebenarnya memberikan pemahaman dan ajaran yang utuh bagi manusia tentang rumusan untuk memaknai waktu. Tidak hanya itu ayat tersebut juga menanamkan motivasi yang kuat untuk berbuat lebih (bermanfaat) dalam urusan kehidupan sehari-hari. Ketika seorang manusia lalai terhadap urusannya dalam waktu sekian detik saja maka hal tersebut tidak mungkin dapat diulang kembali dengan situasi dan kondisi yang sama sepertinya sebelumnya.
Banyak dari kita yang mungkin belum menyadari akan hakikat sesuatu yang sebelumnya terasa lapang dan mudah kemudian dengan sekejap berubah menjadi sulit dan rumit. Masa-masa muda yang saat itu dirasakan begitu lama tetapi kemudian tanpa disadari telah cepat menjadi masa tua.
Kondisi ekonomi yang tengah meningkat (kaya) bisa jadi dalam waktu yang relatif singkat menjadi terpuruk (miskin) begitu pula sebaliknya. Hal-hal demikian justru membuat kita tidak memahami akan pentingnya berbuat yang lebih manfaat saat kita bisa berbuat hal itu sebelum datangnya keadaan yang tidak bisa memungkinkan kita untuk berbuat yang lebih optimal.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Rasulullah SAW pernah bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya:
Telah bersabda Rasulullah SAW: pergunakanlah pergunakanlah lima kesenpatan sebelum lima kesempitan, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan masa sehatmu sebelum masa sakitmu,dan masa kayamu sebelum masa miskinmu, dan masa sempatmu sebelum masa sempitmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu. (HR. al-Baihaqi)
Pesan dari Nabi Muhammad SAW begitu mendalam jika dapat dikaji secara menyeluruh. Maka inti apa yang telah dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai seorang muslim harus mengerti benar keadaan dirinya, maka dengan itu ia akan selalu berupaya untuk melakukan yang terbaik hal sekecil apapun dalam hidupnya. Implikasi dari kesadaran diri untuk berbuat yang terbaik akhirnya berada pada sabda Rasulullah SAW yaitu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِي)
Setiap manusia pasti memiliki batas waktu kehidupannya, adanya awal ataupun akhir selalu terkait dengan manusia. Keberadaan manusia tentu dimulai ketika ia dilahirkan hingga pada akhirnya menua dan memenuhi panggilan Allah SWT. Hal ini adalah sudah pasti tidak mungkin kita mampu untuk mengulurkan atau mempersingkatkan waktu sedikitpun. Justru sebagai hamba yang beriman kita diberikan solusi melalui spiritualitas al-‘Ashr yaitu memiliki etos displin waktu dalam berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat.