Khutbah Jumat Terbaru, Singkat dan Padat, Tema “Tahun Baru Islam”

Jika burung tersebut terbang ke arah kanan, berarti bernasib baik. Jika ke arah kiri, berarti bernasib sial. Kalau kita saat ini, bertemu dengan bulan sial, pasti yang dilakukan adalah ruwatan untuk menolak bala’.

Sedangkan dalam surat Yasin yang disebutkan tadi, penduduk negeri yang disebut dalam kisah, menganggap nasib sial menimpa mereka karena kedatangan dua utusan (lalu menjadi yang ketiga) yang diutus di tengah-tengah mereka.

Namun hal itu dibantah oleh Allah Ta’ala. Dinyatakan bahwa kesialan itu karena sebab pembangkangan penduduk itu sendiri.

Lihatlah yang terjadi di tengah mereka,

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ (13)

إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (14)

“Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu.”” (QS. Yasin: 13-14)

Lihatlah karena sebab enggan mengikuti Rasul, kita bisa kena sial, tertimpa musibah. Jadi sial bukanlah disebabkan karena bulan Suro, waktu keramat, tempat angker atau sebab person tertentu, bukan sama sekali.

Maka benarlah firman Allah,

- Iklan -

قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُو

“Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.” (QS. Yasin: 19)

Yang terjadi pada masa Nabi Musa juga sama, kaumnya menuduh Nabi Musa dan pengikutnyalah yang bawa sial.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat,

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131).

Baca Juga:  Keutamaan Salat Malam

Yang benar adalah karena mengikuti Rasul itulah yang membawa berkah. Karena sebab mendustakan Rasul itulah yang membawa sial atau musibah.

Dalam ayat disebutkan,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).

Kita seharusnya yang harus rajin introspeksi diri. Karena bisa jadi karena dosa besar yang kita lakukan, itulah yang menyebabkan berbagai kesialan itu datang.

Lihatlah di tengah-tengah kita masih merajalela minuman keras, perjudian, perselingkuhan, bahkan karena kejahilan kita masih percaya klenik dan terus mewarisi perbuatan syirik.

Ingatlah ayat,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al-Jawab Al-Kaafi karya Ibnul Qayyim, hal. 87)

Semoga Allah menunjukkan pada kita jalan untuk kembali bertaubat, memberi kita kemudahan untuk diangkatnya musibah.

Baca Juga: Surah Al Falaq Arab Beserta Latin dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga selalu dirahmati oleh Allah..

Lihatlah di tengah-tengah kita masih merajalela minuman keras, perjudian, perselingkuhan, bahkan karena kejahilan kita masih percaya klenik dan terus mewarisi perbuatan syirik.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Rabu, 23 Oktober 2024: Tidak Ada Lagi Hidup Lama!

Ingatlah ayat,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al-Jawab Al-Kaafi karya Ibnul Qayyim, hal. 87)

Semoga Allah menunjukkan pada kita jalan untuk kembali bertaubat, memberi kita kemudahan untuk diangkatnya musibah.

Jama’ah shalat Jum’at yang semoga selalu dirahmati oleh Allah..

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan berkah dari Allah.

Bulan Suro sejatinya adalah bulan yang baik, bukan bulan yang membawa sial. Karena bulan Suro masuk dalam bulan Haram, bulan mulia atau bulan yang disucikan.

Buktinya pada bulan ini dikatakan bahwa sebaik-baik puasa adalah di bulan Suro, di bulan Muharram.

Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram.” (HR. Muslim, no. 1163)

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan berkah dari Allah.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU