Kisah Jubah Rasulullah SAW, Sembuhkan Orang yang Buta

Kemuliaan Nabi Muhammad SAW tidak pernah habis untuk diceritakan. Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisahnya. Seperti kisah jubah Rasulullah SAW yang dapat menyembuhkan orang buta.

Kisah ini adalah satu dari sekian banyak kisah Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam (SAW) yang perlu kita ketahui. Selain menarik, kisah ini mengandung hikmah yang besar.

Diriwayatkan dalam kitab “Adabul-Mufrad Lil-Imam Al-Bukhari” dan juga Imam Suyuthi, Imam Abu Bakar al-Baqilani yang dinukil oleh ulama kharismatik asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz dalam salah satu ceramahnya. Kisah ini diterjemahkan oleh Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi.

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah diberi hadiah oleh salah seorang dengan sebuah jubah. Kemudian, Rasulullah SAW menyuruh istri beliau Sayyidatuna Aisyah RA untuk menyimpannya. Jubah itu diberikan kepada Aisyah, lalu disimpan ke dalam suatu tempat).

Ketika Aisyah RA menyimpan jubah tersebut, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Rupanya orang yang mengetuk-ngetuk pintu itu adalah seorang peminta-minta atau pengemis.

Pengemis itu meminta sedekah kepada Rasulullah SAW. Ketika itu, Rasulullah bertanya kepada Sayyidatuna Aisyah, “Ya Aisyah adakah yang bisa disedekahkan? Gandum ada tidak?”

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Rabu, 27 November 2024: Penahbisan Kuasa Roh

Lalu Aisyah pun berkata, “Ya Rasulullah, walau dzarrah ma wajadda li-dzaalik (Ya Rasulullah, meski sebiji pun tak ada gandum dirumahmu ini.”

Kebetulan selama tiga hari rumah Rasulullah SAW tak punya apa pun yang bisa untuk dimakan. Kemudian, Rasulullah SAW mengatakan lagi kepada Sayyidatuna Aisyah, “Coba Aisyah perlihatkan jubah yang baru dihadiahkan tadi.”

Maka Aisyah menghaturkan jubah Rasulullah tersebut. Dan Rasulullah pun melipatnya, dimasukkan ke dalam tempatnya yang semula tadi, lalu jubah itu diberikan kepada pengemis tersebut.

- Iklan -

Kemudian, pengemis itu pun merasa bangga sekali. Bahagianya bukan main, si pengemis bersegera menuju ke pasar, lalu ia mengatakan (sambil berteriak-teriak), “ Man-yasytari ‘abaa‘atan Rasulillah (wahai, penduduk pasar) siapa yang ingin membeli jubahnya Rasulullah?”

Maka seketika itu orang-orang di pasar pun berkumpul menemui pengemis itu dan menanyakan, “Berapa harga? Ini berapa harganya? Jubahnya Rasulullah ini berapa harganya?” Kemudian, jubah itu pun ditawar-tawar oleh penduduk pasar. Bahkan para Sahabat Nabi pun berkeinginan memiliki jubah manusia paling mulia tersebut.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 30 November 2024: Karena Anugerah Allah, Aku Adalah Sebagaimana Aku Ada

Hingga pada suatu saat, ada seorang yang buta matanya (A‘ma) mendengar orang akan menjual jubahnya Rasulullah. Lalu orang buta itu mengatakan kepada pelayannya (ghulam atau budak laki-lakinya), “ Idzhab wa-hdhur al-‘abaa’ah mahmaa ghalaa tsamanuha (pergilah engkau ke orang itu dan engkau hadirkan jubah itu di hadapanku, dan belilah meski hargnya semahal apa pun)?”

Kata orang buta tadi, “Engkau harus beli pokoknya, hatta ruhmu yang engkau tebus tetap harus kau beli, sebab ini jubahnya Rasulullah. Dan orang yang buta tadi mengatakan lagi kepada pelayannya tersebut, “Wahai budakku, kalau engkau mampu membelinya maka engkau pun akan aku merdekakan di jalan Allah.”

Singkat cerita, budak orang buta itu pun berangkat menemui penjual jubahnya Rasulullah, lalu budak itu mengatakan kepada si penjual tersebut: “Ini aku punya majikan mau beli jubahya Rasulullah, berapa pun harganya pasti aku akan beli.”

Setelah ditawar dan akhirnya jubah itu dibeli oleh budaknya orang buta tersebut. Setelah itu, jubah tersebut dihadirkan kepada majikannya yang buta.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU