Kisah Meong Palo Karellae di Barru

Ada suatu masa dimana Sangiangseri (dewi padi) tidak lagi dihormati oleh masyarakat di tanah Luwu. Tidak lagi didudukkan di tempat yang agung, tidak ada lagi masyarakat yang menuruti pemali atau petuah orang terdahulu, padi dibiarkan dimakan oleh tikus di malam hari, dan dipatuk ayam di siang harinya.

Hanya Meong Palo Karellae yang menghormati Sangiangseri, namun justru ia sering disiksa oleh para penduduk. Sangiangseri seri kemudian merasa kasihan melihatnya sehingga ia mengajak Meong Palo Karellae pergi meninggalkan tempat itu.

Dalam perantauannya, mereka tiba di Enrekang, kemudian ke Maiwa, selanjutnya ke Soppeng, Langkemme, Kessi, Lisu, hingga sampai ke Barru.

Dalam rute perjalanannya yang melewati Enrekang hingga ke Lisu, mereka tiada henti didera penderitaan di tempat yang mereka singgahi. Meong Palo selalu disiksa oleh orang yang tidak menginginkan keberadaannya, sementara Sangiangseri tidak lagi disimpan di atas lumbung.

Baca Juga:  Mengenal Rumah Panjang Rumah Adat Provinsi Kalimantan barat

Mereka juga terus dilanda rasa lapar dan haus. Ketika siang mereka merasakan panas terik matahari, ketika malam mereka merasakan dingin yang menusuk. Itulah yang menyebabkan mereka selalu meninggalkan setiap tempat yang mereka datangi.

Ketika memasuki daerah Barru, mereka menemukan hal yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Sangiangseri dan Meong Palo Karellae disambut dengan baik, diagungkan dan ditempatkan baik-baik di atas loteng. Semua masyarakatnya ramah, jujur dan berlaku adil, sehingga Sangiangseri dan Meong Palo Karellae merasa nyaman tinggal di tempat itu.

Pada waktu itu, Sangiangseri merasa sedih dan merasa lega ketika ia mengingat kembali kisah perjalanannya yang penuh penderitaan sekaligus berbagai macam perlakuan orang terhadap dirinya. Ia pun berpikir untuk meninggalkan dunia dan kembali ke langit untuk bertemu dengan kedua orang tuanya di Boting Langi (sebutan untuk tempat tinggalnya dewa-dewa di atas langit menurut kepercayaan Bugis).

Baca Juga:  Sejarah Dan Keunikan Danau Toya, Hokkaido

Sangiangseri dan Meong Palo Karellae kemudian meninggalkan dunia dan naik ke atas langit. Namun ketika mereka sampai di Boting Langi, mereka ternyata tidak diizinkan untuk tinggal disana karena mereka telah ditakdirkan untuk memberi kehidupan di dunia.
Sangiangseri dan Meong Palo Karellae kemudian kembali ke dunia.

Tidak terasa sudah tujuh hari tujuh malam Sangiangseri berada di Barru, mulailah ia memberi pesan-pesan, nasihat, dan pemali, terutama yang berkaitan dengan tata cara menanam padi, serta adat dalam memperlakukan tanaman padi sehingga masyarakat hidup dalam kebaikan.

- Iklan -

Masyarakat kemudian percaya bahwa ketika mereka melaksanakan pesan dari Sangiangseri, maka kehidupan mereka di dunia akan mendatangkan kebaikan, juga Sangiangseri tidak akan meninggalkan mereka.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU