Kisah Tragis Para Penggila Harta

Oleh Akhuukum Fillaah :

Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi

بسم الله الرحمن الرحيم

- Iklan -

الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Harta adalah nikmat sekaligus fitnah (ujian) dan bencana ketika membuat seseorang jauh dari Allah Ta’ala.

- Iklan -

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah bagi umatku adalah harta.” [HR. At-Tirmidzi no. 2336, Ahmad [IV/160], Ibnu Hibban no. 2470]

- Iklan -

Penggila harta dan pencinta dunia yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada akhirat adalah orang yang merugi dan sengsara di dunia maupun di akhirat. Harta yang di buru dengan tamak dan melalaikan tujuan akhirat akan membuatnya meninggal dalam keadaan su`ul khotimah.

Al-Imam Ibnul Qayyim menceritakan sebuah kisah: “Sebagian saudagar bercerita kepadaku, ada salah seorang kerabatnya sedang sekarat. Waktu itu dia sedang berada di dekatnya. Lalu orang-orang mentalkinkan kepadanya kalimat tayibah, tapi dia malah berkata, Barang ini murah, pembeli ini baik, dan barang ini demikian … demikian.’ sampai meninggal.” [Al-Jawabul Kafi, hlm. 91]

Abdul Haq berkata:* “Di katakan pada seseorang yang aku kenal di saat dia hendak meninggal, ‘Katakan LAA ILAAHA ILLALLAAH…!’ Dia malah berkata, ‘Rumah anu perbaiki bagian ininya dan kebun anu kerjakan di sana.’ Demikian lalu meninggal.” *[Al-Jawabul Kafi, hlm. 166]

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Sabtu, 14 September 2024: Argumen atau Ketaatan

Harta dan segala perhiasan dunia mampu menyihir hati manusia yang kosong dari keimanan pada kehidupan akhirat. Hingga menjelang ajal segala kenikmatan dunia masih menari-nari di pelupuk matanya. Orientasi obsesi dunia selalu memenuhi hatinya seolah dia hidup selamanya.

Tepatlah kondisi ini sebagaimana di kabarkan dalam sebuah hadits:

يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

“Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur.” *[HR. Al Bukhari no. 6421 dan Muslim no. 1047 dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ’ ‘anhu]

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu berkata Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ

“Hati orang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara, hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.” *[HR. Al-Bukhari no. 6420 dan Muslim no. 1046]

Mukmin cerdas hendaklah lebih fokus mengejar akhirat untuk membangun istana di surga dan tidak terlalu menyibukkan dirinya membangun kehidupan dunia, namun lupa mengumpulkan bekal untuk akhirat. Justru ketika ia cerdas memanfaatkan harta dunia dengan amal shalih maka inilah harta dunia yang di berkahi Allah Ta’ala. Merekalah mukmin yang cerdas dunia akhirat. Semakin usia tak muda lagi, justru kian bersemangat untuk mencintai kehidupan akhirat, terlebih lagi ketika di berikan harta dunia berlebih maka mereka akan antusias memanfaatkannya untuk bekal di akhirat. Hati dan pikiran tetap sibuk untuk mencari keselamatan akhirat.

Baca Juga:  Gunung Kau Daki, Masjid Kau Lewati

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ…؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ، قَالَ: فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ، وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ

“Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri…?” Mereka menjawab, ‘Ya Rasulullah…! Tidak ada seorangpun di antara kami melainkan lebih mencintai hartanya sendiri.’ Lalu Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya hartanya sendiri itu apa yang telah di pergunakannya (di sedekahkannya) dan harta ahli warisnya ialah apa yang di tinggalkannya.” *[HR. Al-Bukhari no. 6442]

Semoga kita tidak tersihir hatinya dengan kenikmatan harta dari Allah ta’ala, menjadi ahli akhirat.

Ibnu Taimiyah berkata: “Berhati-hatilah kalian dari dua golongan manusia, orang yang menuruti hawa nafsunya yang telah tertipu olehnya dan dan ahlul dunia yang telah di tenggelamkan oleh dunianya.” [Iqtidha’ush Shirathil Mustaqim hal. 5]

Ibnu Qayyim juga berkata: “Waspadalah kalian terhadap dua tipe manusia, pengikut hawa nafsu yang di perbudak oleh hawa nafsunya dan pemburu dunia yang telah di butakan (hatinya) lantaran dunia (yang telah di capainya)” [Ighatsatul Lahfan, II: 586]

Saatnya lebih dekat pada pencinta akhirat yang memburu kebahagiaan kekal dari pada penggila dunia yang membuat hati sibuk memikirkan dunia dengan segala kelezatannya.

Berdoa pada Allah Ta’ala agar selamat dari jebakan fitnah harta sehingga mati dalam kondisi khusnul khotimah. Wallaahu a’lam…! (*)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU