Komunitas Dongkel Perpusling: Tanamkan Cinta Literasi Melalui Dongeng

Lahirnya komunitas Dongkel Perpusling dilatarbelakangi oleh rendahnya minat baca anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan taman kanak-kanak (TK) di kota Makassar.

Tulus Wulan Juni adalah pustakawan dan juga merupakan inisiator lahirnya komunitas ini yang resmi berdiri pada 19 Januari 2016. “Inisiatornya adalah Pak Tulus Wulan Juni. Beliau bersama pihak Dinas Perpustakaan Kota Makassar yang mengumpulkan kami para pendongeng di Makassar. Beliau kami sebut Bapak Dongkel, karena berkat beliau, kami bisa membawa gerakan literasi ini ke sekolah-sekolah, baik sekolah negeri ataupun sekolah swasta,” terang Anty Asri, salah satu pendongeng kepada FAJAR PENDIDIKAN.

Kegiatan utama komunitas Dongkel Perpusling sejak berdiri adalah mengunjungi beberapa titik lokasi sekolah di Makassar menggunakan mobil perpustakaan. Mengajak anak-anak menyukai buku dengan bercerita atau mendongeng.

“Tiap hari, kegiatan dongkel dilaksanakan. Setiap minggu, Pak Tulus memberikan jadwal untuk pendongeng. Oh iya, pendongengnya berjumlah 30 orang saat ini,” kata Anty. Sudah lebih dari 1.000 lokasi sekolah di Makassar yang telah dijangkau. Dan program dongkel ini masuk ke salah satu program 100 inovasi dari pemerintah kota Makassar.

Baca Juga:  Kumpulan Cerita Dongeng untuk Anak Sebelum Tidur

“Alhamdulillah, program Dongkel ini melalui Dinas Perpustakaan Kota Makassar. Sehingga pemerintah kota Makassar sangat senang dengan inovasi dongeng keliling ini dan Alhamdulillah, sejauh ini program kami selalu ditunggu dan mendapatkan respon yang positif bagi masyarakat kota Makassar. Khususnya untuk adik-adik sekolah, mereka selalu antusias menyambut kedatangan dongkel,” ungkapnya.

Cerita yang dibawakan para pendongeng macam-macam, ada legenda, fabel, cerita islami. Kadang juga tergantung dari permintaan sekolah.

Pengalaman Berkesan

Anty menyukai dunia dongeng, karena memiliki hobi membaca, menyukai dunia anak dan prihatin dengan kondisi masyarakat yang tidak gemar membaca.

Sejak menjadi pendongeng di Komunitas Dongkel Perpusling, banyak pengalaman yang ia dapatkan. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika ia bersama pendongeng yang lain membawakan dongeng kepada anak-anak korban gempa Palu.

“Yang paling berkesan buat saya selama bergabung di Dongkel Perpusling adalah pada waktu saya mendongeng untuk anak-anak korban gempa Palu. Tempo hari di TK Akar Panrita. Waktu itu kami melakukan trauma healing untuk mereka melalui bercerita,” kenangnya.

Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

“Ketika melihat adik-adik antusias menyambut kehadiran kami di sekolah mereka. Mereka bergembira bersama dan mengingat kami. Kadang kala jika ketemu di jalan, mereka mengingat kita dengan memanggil nama kita,” ceritanya.

- Iklan -

Anty menyimpan harapan yang sangat sederhana, anak Indonesia bisa gemar membaca. “Karena kita tidak bisa pungkiri bahwa anak-anak di masa sekarang, tergerus oleh digital,” ungkapnya.

“Kiranya saya bersama dengan pendongeng yang lain bisa tetap menyampaikan kampanye gerakan mencintai literasi dengan cara asyik, seperti mendongeng. Sehingga anak-anak tidak merasa terbebani untuk membaca buku. Melalui mendongeng, kita bisa memacu anak-anak untuk mencintai literasi,” harapnya.

Ia juga berharap Komunitas Dongkel Perpusling bisa menjangkau seluruh titik layanan yang jumlahnya lebih 2.000 titik. “Tahun ini baru 1.000 titik. Tahun depan Insya Allah dapat tambahan dua armada baru,” tutupnya. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU