Komunitas Nanangite; Merangkai Kreativitas yang Mendunia

Indonesia hadir dengan beragam budaya di setiap wilayahnya yang berbeda-beda namun tetap satu.

Oleh: NURWAHIDA JUMRAH

Kali ini, Indonesia harus bangga terhadap anak bangsa yang kreatif dan membudidayakan budaya dengan sebaik mungkin. Salah satunya yaitu Komunitas Nanangite atau Anyaman Kita yang berada di Mbay Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Komunitas Nanangite yang memiliki nama unik ini, sangat mencerminkan wilayah keberadaanya. Komunitas yang membudidayakan anyaman berbahan dasar dari pucuk lontar, kemudian dibersihkan dan dikelola dengan pensyiuran lalu kemudian diawetkan hingga dibuat sesuai dengan sampel produk.

Produk yang dihasilkan juga sangat menarik. Salah satunya yaitu produk basi, mbote atau sejenis bakul. Dan juga beberapa tempat tisu, topi, tempat penyimpanan pakaian, tempat tusuk gigi dan lainnya yang sesuai dengan pesanan para pelanggan. Produk saat ini masih pada produk lokal dengan model asli daerah Kabupaten Nageko.

Menariknya, pengelola atau pembuat anyaman adalah para ibu-ibu dan perempuan yang dibantu oleh pemuda-pemudanya. Nurkholis Umar mengatakan bahwa komunitas ini membantu atau membuka peluang para ibu-ibu untuk mendapat penghasilan tambahan lewat anyaman sehingga dapat mengembalikan nilai-nilai budaya yang hampir punah.

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Nanangite dibentuk oleh Nurkholis Umar pada 23 Maret 2019. Awalnya, Nurkholis merasa risau mengenai anyaman yang merupakan warisan budaya kerajinan anyam yang hampir punah. Anyaman yang merupakan warisan leluhur kini hampir tidak digunakan lagi karena sudah tersedianya bahan-bahan plastik yang tidak ramah lingkungan. Dengan melihat ketersedian bahan baku yang cukup banyak tetapi sudah tidak dipakai dengan baik, dari situ Kholis memutuskan untuk membentuk komunitas ini.

Mengenai pasarannya, komunitas ini terjun ke pasar lokal, nasional maupun internasional dan saat ini pun Nanangite sedang membangun citra dengan PT Duanyam untuk pasaran yang lebih luas hingga ke Korea.

Kholis Umar berharap kepada para pemuda atau generasi muda agar dapat menjadi jembatan untuk melakukan kegiatan positif kepada siapa saja yang membutuhkan mereka. “Semoga dengan hadirnya komunitas ini, para ibu-ibu bisa terbantu dengan hadirnya kami. Membantu keuangan serta dapat berguna dengan baik di Kabupaten Nagekeo,” ungkapnya.

- Iklan -
Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

Sehingga budaya yang dilestarikan di Kabupaten Nagekeo Flores ini akan terus berkembang dan tidak akan mati seiring berkembangnya zaman yang canggih dengan teknologi. Dengan komunitas ini, pemuda Flores bisa menjadi motivator untuk menjadi lebih kreatif dan bisa memikirkan dengan baik masa depan budaya yang sedikit demi sedikit hampir punah. Tidak ada lagi jalan untuk meninggalkan budaya anyaman dengan bahan yang memadai dan keahlian mereka dalam menganyam.

Karya-karya yang dihasilkan pun laku di pasaran dengan harga yang beragam. Dari Basi (bakul)  ukuran M seharga Rp40 ribu. Harga yang disediakan sesuai dengan besar kecil produk anyaman yang bervariasi. Hal yang terbaik dari Nanangite adalah terus memegang teguh dalam penekanan kualitas produk lokal, dari teknik menganyam hingga juga bahan anyamannya. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU