FAJARPENDIDIKAN.co.id – Perpustakaan CERIA SD Inpres Banta-Bantaeng I, yang tengah dalam proses akreditasi oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI bertambah lagi koleksi bukunya.
Itu setelah Rusdin Tompo dari Komunitas Puisi (KoPi) Makassar menyerahkan dua buku kumpulan puisi, yang diterima langsung Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-Bantaeng I, Hj Baena, SPd, MPd., Senin, 4 Oktober 2021.
Buku yang diserahkan itu berjudul Kumpulan Puisi “Bermain di Pasar Ampenan” karya Agus K Saputra, dan satunya lagi berupa antologi puisi bersama KoPi Makassar, berjudul “2020: Resolusi Dalam Puisi”.
Penyerahan buku itu sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan literasi sekolah dan untuk menambah bacaan buku sastra bagi murid-murid Sekolah Dasar.
Perpustakaan CERIA termasuk salah satu perpustakaan sekolah yang ikut dalam program Sentuh Pustaka Dinas Perpustakaan Kota Makassar.
Tim Assesor Akreditasi Perpustakaan dari Perpusnas RI, terdiri dari Darwanto, S.Sos, M.Si dan Eko Sutarco, AMD, telah mengunjungi sekolah yang berada di kawasan Mongisidi Baru itu.
Ketika dikunjungi, Kamis (23/9/2021), tim didampingi pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsil Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Tenri A Palallo, dan sejumlah pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar.
Menurut Baena, “CERIA” itu merupakan akronim dari Cerdas, Rajin, Inovatif, Aktif. Diberi nama demikian karena Ceria itu menyenangkan, riang hati, dan gembira saat membaca buku.
Santai tapi serius. Tujuanya yaitu untuk menghadirkan sesuatu yang kompolit sebagaimana akronimnya.
Menariknya, ketika memasuki pintu Perpustakaan CERIA, kita akan disambut dengan dua pilar berhiaskan ornamen sarung khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kanopinya terdapat tulisan selamat datang dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan aksara lontaraq.
Hj Baena bercerita bahwa perpustakaan itu dibenahi dari nol. Setelah resmi regruping sekolah, tahun 2020.
Dijelaskan, gedung perpustakaan itu dibangun oleh Pemkot untuk keperluan perpustakaan. Hanya saja, kepala sekolah sebelumnya, tidak memfungsikan ruangan itu khusus untuk perpustakaan. Dahulu, gedung itu dijadikan ruangan multifungsi.
“Tadinya, ruangan itu dijadikan perpustakaan, jadi ruangan guru, ruang kepala sekolah, ruang tamu, bahkan ruangan untuk makan-makan,” kisah Baena.
Ia merasakan betul tantanganya di awal ketika perpustakaan baru dibenahi. Saat itu, referensi hanya seratusan, ruangan perpustakaan masih kosong sementara dana belum cair. Tembok perpustakaan juga rapuh.
Ia lalu berusaha melobi berbagai pihak untuk menyumbangkan buku-bukunya, berusaha mencari rekanan yang bisa menyiapkan buku dalam jumlah banyak agar bisa segera memenuhi persyaratan.
Apalagi surat keputusan Perpusnas RI sudah turun, yang menyatakan bahwa Perpustakaan CERIA SD Inpres Banta-Bantaeng 1 terdaftar sebagai perpustakaan yang akan diakreditasi.
Meski terbilang baru, namun koleksi bukunya lumayan banyak. Secara keseluruhan, koleksi bukunya sudah sekira 3.000 judul, dan jumlah eksamplarnya sebanyak 4.500-an di luar koleksi buku paket
Riska Sari, SIP, pustakawan SD Inpres Banta-Bantaeng I, mengaku kepala sekolahnya memang tidak tanggung-tanggung dalam mengalokasikan anggaran untuk menambah koleksi perpustakaan.
Karena, menurutnya, koleksi merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam perpustakaan.
Riska menambahkan, selama pandemi ini, aktivitas pelayanan perpustakaan belum diprioritaskan. Itu karena sekolah masih menerapkan pembelajaran daring, belum tatap muka.
“Kita masih fokus ke pengolahan dan perkembangan perpustakaan, belum pada pelayanan,” papar alumnus Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu. (*)