Perjalanan kepengurusan PWI yang digawangi Atal banyak mundurnya ketimbang maju. Yang lebih parahnya lagi mengabaikan PDPRT, Kode Etik Jurnalistik, dan Kode Perilaku Wartawan yang disahkan Kongres Solo serta tidak mematuhi sanksi yang dikeluarkan Dewan Kehormatan sebagai institusi yang diberi wewenang untuk itu.
Bagaimana perjalanan organisasi yang dipimpin Atal selama ini dapat dilihat dari rekam jejak digital yang tidak terbantahkan. Meskipun begitu konon Atal anak Medan ini kembali menyatakan masih akan maju pula pada Kongres PWI di Bandung. Silakan saja.
Kembali menyoal tiga kandidat, sepertinya mereka juga sepakat, siapa pun diantara mereka yang terpilih akan mengembalikan maruah dan martabat PWI seperti sediakala. Sebagai organisasi wartawan terbesar, tertua, mestinya terpandang dan disegani.
Jalan utama menuju martabat itu, mereka sebutkan dengan mematuhi PD/PRT, KEJ & KPW. Kepatuhan pada unsur-unsur penting itulah yang terabaikan belakangan ini.
Kecuali itu, ketiga kandidat berencana akan mengembangkan pendidikan, termasuk sekolah jurnalistik yang mati suri. Marah Sakti, yang hadir dalam silaturahim itu, mengusulkan kembali dijalin hubungan dengan Sekolah Jurnalisme Univeritas Missouri Amerika Serikat. Nota Kesepakatan dengan Universitas Missouri tersebut ditandatangani di Palembang, Mei 2014 lalu. Point ini harus masuk dalam agenda pembahasan program di kongres.
Kita juga mengapresiasi bahwa tiga kandidat akan mengembangkan jejaring, dengan berbagai pihak dalam bentuk program, antara lain pendidikan. Memperluas UKW dengan menyertakan wartawan televisi dan radio.
Tak kalah pentingnya adalah peningkatan kepercayaan (trust) pada PWI, membuka kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional untuk pendidikan wartawan. Sejatinya itulah yang harus dilakukan pengurus. Tidak terperangkap dengan agenda rutin yang sering ke daerah menghadiri konferensi dan melaksanakan pelantikan pengurus.
Kepada ketiga calon Ilham Bintang menyampaikan pesan moral yang mesti diingat. Berkompetisilah secara fair untuk martabat PWI dan menjaga intergritas. Kongres PWI adalah agenda rutin setiap lima tahun tentang organisasi, tentang 20 ribu anggota, dan bukan tentang kiprah orang per orang atau kelompok.
Maruah PWI yang diharapkan seluruh anggota, hanya bisa diperoleh apabila pemimpin yang dipilih yang kompeten dan mematuhi aturan organisasi, kode perilaku wartawan, dan kode etik jurnalistik sebagai konsep operasional moral wartawan.
“Kompetisi sesuatu yang normal dalam organisasi, karena itu hindari persoalan personal,” tegas Ilham.
Pesan moral juga disampaikan Banjar Chairuddin dan N Syamsuddin Ch Haesy yang ditujukan kepada tiga calon tersebut. Mari kita sukseskan kongres dan tegakan kembali maruah PWI.
Selamat berkongres!