FAJARPENDIDIKAN.co.id- Upaya memaksimalkan peran dari pihak-pihak pengelola wisata di Kawasan Karst Maros Pangkep dengan mendorong perencanaan dan pengelolaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi telah dilakukan oleh KPE Bantimurung bekerjasama dengan Komunitas Sahabat Alam (Kosalam), kegiatan ini berlangsung di area wisata Doli, Dusun Bungaeja, Desa Tukamasea, Jumat, (26/03/2021).
Kegiatan tersebut didukung oleh FFI’s IP Maros, BBKSDA Sulsel, Balai TN Babul, BP Geopark Maros Pangkep beserta sejumlah komunitas pemuda yang berada di Kawasan Karst Maros Pangkep, melalui kegiatan Karst Conservation Camp I.
Ketua KPE Bantimurung diwakili oleh Koordinator Bidang Pengembangan Program, Firda mengutarakan bahwa kegiatan ini merupakan agenda penguatan kapasitas manusia untuk para penggiat dan pengelola wisata yang berada di Kawasan Karst Maros Pangkep.
“Tujuan kegiatan ini adalah menyiapkan sekaligus memberikan input tambahan mengenai seperti apa dan bagaimana membuat perencanaan pariwisata yang bijak sesuai dengan kaidah dan prinsip konservasi untuk kelestarian ekosistem Karst Maros Pangkep, oleh karenanya peserta adalah mereka para penggiat dan pengelola site khususnya yang berada di Kawasan Karst Maros Pangkep,” ungkap Mahasiswi Kehutanan Universitas Muslim Maros ini.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara KPE Bantimurung dengan Komunitas Sahabat Alam – Maros, yang rencananya akan berlangsung selama 5 hari pelaksanaan.
“Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan acara, ada materi kelas pengantar, materi lapangan, simulasi dan praktik lapang, serta pengolahan data, yang akan berlangsung selama 5 hari,” ungkap Arief Koeshardoyo Koordinator Komunitas Sahabat Alam
Sebelumnya, diketahui kegiatan ini melibatkan puluhan peserta yang dihadiri pula oleh sejumlah praktisi, akademisi dan instansi terkait antara lain BBKSDA Sulsel, Balai TN Babul, KPH Bulusaraung, Pemerintah Desa Tukamasea, Project Manager FFI’s IP Maros, Praktisi Pariwisata Syahruddin Nancy, Muhammad Ikhwan, dan arkeolog Iwan Sumantri.
Keunikan Kawasan Karst Maros Pangkep yang tidak terdapat pada kawasan-kawasan karst lain di Indonesia bahkan di dunia karena memiliki bentang alam yang khas, atau biasa disebut menara karst (tower karst).
Warisan alam tersebut telah menjadi sorotan dunia internasional, sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Cina, yang di dalamnya terdapat beragam fauna flora endemik. Kekayaan tersebut merupakan aset tak ternilai yang sepatutnya dapat dilestarikan, melalui suatu perencanaan yang bijak dan sarat dengan ilmu pengetahuan dalam pemanfaatannya, salah satunya melalui pengembangan sektor pariwisata