Krisis Karakter Anak Bangsa Akibat Pandemi COVID-19

Penulis : Nela Dwi Kusumawati

Pandemi covid-19 merupakan keadaaan dimana merebaknya suatu virus baru yang sangat membahayakan dan mengancam nyawa manusia. Hal ini terjadi mulai pada tahun 2019 dan dialami oleh masyarakat di seluruh dunia.

Melihat keadaan ini tentu pemerintah segera bertindak untuk menyelamatkan rakyatnya. Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan baru yang belum pernah diberlakukan sebelumnya, seperti menerapkan kebijakan harus memakai masker, menjaga jarak antar individu, menganjurkan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan memakai hand sanitizer.

Keadaan pandemi tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hingga saat kedatangannya di berbagai Negara menyebabkan krisis di berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Di Indonesia, proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan secara tatap muka mau tidak mau harus dilaksanakan secara virtual demi kebaikan bersama. Pembelajaran jarak jauh mulai diberlakukan sejak beredarnya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 4 Tahun 2020 tentang kebijakan pendidikan dalam masa darurat covid-19 yang menginstruksikan pada 4 hal yaitu (1) pembelajaran mandiri untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna tanpa capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan peserta didik, (2) para pelajar harus dibekali dengan wisata hidup tentang pandemi covid-19, (3) guru memberikan tugas secara bervariasi dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan setiap individu, fasilitas belajar, dan (4) pemberian umpan balik terhadap kinerja siswa secara kualitatif.

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh menyebabkan siswa kehilangan sosok teladan dari suatu proses pembelajaran. Siswa yang biasanya didampingi oleh guru secara langsung kini harus didampingi oleh orang tua masing-masing. Pembelajaran yang sebelumnya bergelut dengan interaksi, kini harus dilaksanakan melalui teknologi.

Berbagai tantangan mulai bermunculan, mulai dari kegaptekan teknologi, biaya kuota untuk belajar, orang tua siswa yang tidak mengerti dunia akademik, serta pengarahan dari orang tua yang terbatas.

Minimnya pertemuan tatap muka menyebabkan guru tidak bisa mengontrol para siswanya secara langsung sehingga menyebabkan siswa bebas melakukan apa saja yang ingin dilakukan hingga berakibat terkikisnya moral anak bangsa.

Siswa semakin malas mengerjakan tugas, semakin sulit untuk diarahkan, sering membuat kegaduhan, serta banyak menimbulkan kenakalan remaja seperti bullying, pacaran dengan tidak wajar, kekerasan, dan pornografi.

Pengarahan siswa di era pandemi kembali menjadi tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Ketika orang tua tidak memberikan perhatian yang seharusnya, maka moral anak bangsalah yang menjadi korban.

- Iklan -

Penerapan pendidikan karakter pada peserta didik menjadi tantangan tersendiri di masa pandemi. Pendidikan karakter dapat diterapkan dengan maksimal apabila terjalin kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua siswa. Kendali siswa secara langsung dipegang oleh orang tua, jadi secara tidak langsung yang dapat mengontrol perilaku siswa ialah orang tua.

Pihak sekolah dapat memberikan intruksi pada orang tua siswa untuk mengamati perilaku anaknya sehari-hari kemudian mencatat dan melaporkan hasilnya secara berkala kepada guru. Guru bertugas mengevaluasi, mengawasi, dan memberikan pengarahan

secara virtual. Hal ini dapat dilakukan untuk memastikan perilaku siswa tidak melenceng dari apa yang seharusnya.

Orang tua yang memberikan laporan secara terus menerus bisa mendapatkan penghargaan dari sekolah sebagai bentuk apresiasi. Hal ini dimaksudkan agar orang tua siswa tertib dan berkenan menjadi fasilitator dalam upaya pelaksanaan pendidikan karakter di era pandemi.

Namun di samping itu, selain hal ini dapat dilakukan untuk menunjang pendidikan karakter pada peserta didik, hal yang demikian juga berpotensi tidak menunjang penanaman pendidikan karakter apabila orang tua memanipulasi hasil pengamatan.

Pelaksanaan pembelajaran di era digital secara langsung atau tidak langsung memberikan dampak pada peserta didik. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif sekaligus dampak negatif. Nilai-nilai yang diserap siswa akibat penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran seharusnya disaring terlebih dahulu agar tidak diserap secara penuh oleh siswa. Pada umumnya peserta didik belum mampu menyaring informasi yang baik dan buruk untuk diri mereka dan di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU