Kultum Ramadhan Singkat Tema Adab Orang Berpuasa dari Sayyid Abdullah al-Haddad. Kultum atau ceramah ramadhan tema adab-adab dalam berpuasa yang bisa kalian ambil contoh atau sebagai bahan materi berikut ini.
Dilansri dari laman Kabartegal berikut ini kultum ramadahn singkat tema Kultum Ramadhan Singkat Tema Adab Orang Berpuasa dari Sayyid Abdullah al-Haddad.
Adab Orang Berpuasa Sayyid Abdullah al-Haddad
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji dan rasa syukur kehadirat Illahi Rabbi marilah kita panjatkan di bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini, karena atas karunia Nya kita masih dapat berkumpul di masjid tercinta di hari ke tujuh puasa bulan Ramadhan1443 Hijriah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman kelak.
Puasa merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Dalam menjalankan ibadah puasa juga terdapat adab-adab yang dapat menambah pahala puasa.
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad menjelaskan adab-adab berpuasa dalam kitab nya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah sebagai berikut:
(وعليك) بتعجيل الفطور عند تيقن الغروب وتأخير السحور ما لم تخش الوقوع في الشك، وبتفطير الصائمين ولو على تمرات أو شربة من الماء؛ فإن من فطر صائماً كان له مثل أجره لا ينقص ذلك من أجره شيئاً، واجتهد أن لا تفطر ولا تفطر صائماً إلا على طعام حلال. (وعليك) بالتقليل من الأكل، وتناول الموجود من الحلال من غير إيثار للطيب الملائم، فإن مقصود الصوم كسر الشهوة، والاتساع في الأكل وقصد الطيبات لا يكسرها ولكنه يقويها ويهيجها.
Artinya: “Hendaknya Anda menyegerakan buka puasa ketika telah meyakini terbenamnya matahari. Mengundurkan waktu sahur selama Anda tidak merasa khawatir menjadi ragu (tentang terbitnya fajar atau belum). Biasakanlah pula memberi makan orang lain untuk berbuka puasa walaupun hanya berupa beberapa butir kurma atau bahkan seteguk air.
Sebab siapa memberi makan untuk berbuka puasa kepada seseorang yang selesai berpuasa akan beroleh pahala yang setara dengan pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikit pun. Usahakanlah sungguh-sungguh agar Anda tidak berbuka puasa atau memberi makan untuk berbuka kecuali dengan makanan yang halal.
Cukupkanlah dirimu dengan makan sedikit saja. Makanlah yang halal tanpa mengutamakan segala yang enak-enak atau lezat-lezat yang lebih sesuai dengan selera Anda. Tujuan puasa adalah mematahkan syahwat hawa nafsu, sedangkan memilih-milih yang lezat tidak mungkin mampu mematahkannya, bahkan akan menguatkannya serta membangkitkannya” (Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad, Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal.111).
Berikut uraian enam adab berpuasa :
1. Menyegerakan berbuka di awal waktu Maghrib merupakan akhlak yang baik dan hukumnya sunnah. Sebaliknya menunda-nunda berbuka tidak baik karena tidak sejalan dengan sunnah Nabi dan bisa mengganggu kesehatan.
2. Mengundurkan waktu sahur, mengakhirkan sahur hingga mepet waktunya dengan saat imsak yang sebenarnya, yakni saat Shubuh tiba, hukumnya sunnah sekaligus merupakan akhlak yang baik.
Akan tetapi saat mengundurkan waktu sahur, harus dipastikan bahwa saat itu memang waktu Shubuh belum masuk sehingga Anda memang masih diperbolehkan makan dan minum. Sebaliknya melaksanakan sahur terlalu dini atau pada waktu yang bukan waktu yang disunnahkan sebaiknya dihindari.
3. Membeiasakan meneydiakan makanan berbuka bagi orang yang puasa, hal ini sangat baik jika dilakukan walaupun cuma beberapa butir kurma dan seteguk air saja. Hal ini bisa membantu untuk mengakhiri puasa pada hari itu begitu saat Maghrib tiba.
Hikmahnya adalah Allah akan memberikan pahala yang setara dengan orang yang berpuasa tersebut. Artinya pada hari itu ketika Anda memberikan makanan dan minuman kepada orang lain, Anda mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Pahala pertama, Anda mendapatkannya dari puasa yang Anda lakukan sendiri. Pahala kedua, Anda mendapatkannya dari puasa yang dilakukan orang lain tersebut.
4. Pastikan makanan yang Anda makan atau bagikan adalah makanan halal. Jika tidak, maka haram hukumnya melakukan hal seperti ini dan Anda mendapatkan dosa yang tidak bisa diremehkan karena berlipat ganda.
Tentu yang dimaksud barang-barang halal di sini adalah barang-barang yang secara syar’i halal dilihat dari cara mendapatkannya maupun dari substansi barang itu sendiri.