Bahan dasar seluruh produk Bali Tangi diambil dari tanaman lokal yang sebagian besar dibudidayakan di tanah dewata oleh petani lokal. Proses penanaman, pengambilan bahan, panen, pengeringan sampai dengan selesainya rangkaian pembuatan produk, dilakukan dengan memerhatikan keterjagaan lingkungan.
Untuk pembuatan wewangian dari tumbuhan kering yang lazim disebut potpourri, bahan dasar yang digunakan adalah daun, bunga, dan buah yang sudah rontok atau terlihat mati. Proses pengeringan juga dilakukan dengan cara konvensional, tanpa menggunakan alat atau bahan kimia apapun. Tempat pengeringannya pun memanfaatkan lahan yang ada.
Begitu pula dengan produk lain seperti bedak dingin, lulur, sabun, dan boreh, dibuat dengan cara yang sengaja disederhanakan agar memungkinkan bagi siapapun untuk menirunya, sekalipun hanya untuk pemakaian rumah tangga.
Sungguh mengagumkan perjalanan sebuah industri yang saat ini sudah merambah ke tingkat internasional, namun masih tetap dapat mempertahankan idealisme luhurnya,
“Bukan hanya kebugaran raga, tapi juga perawatan kesegaran sukma. Bukan hanya rempah, minyak, dan khasiatnya, tapi juga hasil bumi yang ditanam dengan ketulusan hati. Bukan pula hanya bertujuan untuk berpadu dengan alam, namun juga menyatu dengan semesta.”
[Hanni Armansyah, berdasarkan wawancara dengan Ibu Made Yuliani, Juli 2014]
Kunci Jawaban Halaman 115 dan 116
Ayo Berdiskusi
Setelah membaca teks tentang Bali Tangi, buatlah 5 pertanyaan tentang wirausaha tersebut.
Jawaban:
1. Apa yang dimaksud dengan Potpouri?
2. Apa tujuan Made Yuliani membuat Potpouri?
3. Apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan Potpouri?
4. Bagaimana proses pembuatan Potpouri?
5. Apa dampak pembuatan potpouri bagi masyarakat sekitar Bali?
Diskusikan pertanyaan yang telah kamu buat secara berpasangan.