Kurikulum Prototipe, Pakar: Langkah Nadiem Terobosan Besar

Kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim atas terciptanya kurikulum prototipe mendapat apresiasi dari pengamat pendidikan dan penulis, Bukik Setiawan.

Dirinya juga menuturkan bahwa apa yang dilakukan Nadiem adalah sebuah terobosan besar dalam dunia pendidikan.

“Langkah Nadiem Makarim dalam menerapkan perubahan kurikulum sebenarnya sebuah terobosan besar dalam pendidikan,” ucap Bukik pada keterangannya yang diterima wartawan, Selasa (11/01/2022).

Bukik menilai hampir seluruh kurikulum yang ada sebelum ini juga kerap terburu-buru, baik itu pada sisi penyusunan, penerapan, ataupun pengembangan berkelanjutannya. Dirinya menyebutkan contoh kurikulum 2013 (K-13) yang disusun dan langsung diterapkan di tahun yang sama.

Strategi pengembangan kurikulum prototipe ini menurut Bukik sudah umum diterapkan dalam perusahaan rintisan atau start-up.

“Strategi pengembangan kurikulum prototipe sebenarnya sudah umum digunakan di dunia startup, biasa disebut proses iterasi. Segera dibuat, segera dicoba (terbatas), segera diperbaiki, segera dicoba (diperluas), segera diperbaiki, sebelum diterapkan secara menyeluruh,” terangnya.

Baca Juga:  Menggali Dunia Kehamilan, Menyusui, dan Parenting

Strategi semacam ini dinilainya membuat ketidakcocokan atau kesulitan dengan cepat dapat ditemukan, sehingga tidak sampai menyebar dan merugikan seluruh ekosistem pendidikan di Indonesia. Proses iterasi juga memungkinkan guru, orang tua, dinas pendidikan, dan satuan pendidikan berkesempatan lebih luas mempersiapkan penerapan kurikulum prototipe.

Bukik menyebut, nantinya kurikulum sekaligus para pelaku pendidikannya sendiri akan mencapai titik kesiapan secara bersamaan pada 2024. Maka dari itu, pada waktu perubahan kurikulum baru ini diterapkan secara luas, ekosistem pendidikan sudah siap menghadapinya.

“Sepemahaman saya, kurikulum prototipe untuk semua jenjang, bukan hanya untuk jenjang SMA/SMK,” tegas Bukik.

- Iklan -

Pada kurikulum ini, dia menyebutkan ada dua fokus perbaikan pembelajaran yang penting. Keduanya adalah penguasaan kompetensi esensial dan pembelajaran yang memberdayakan konteks.

Baca Juga:  Mendikdasmen Ajak Para Guru Wujudkan Pendidikan Bermutu

Mengenai yang pertama dirinya menerangkan, kenyataannya pendidikan di Indonesia saat ini masih berbasis konten, meskipun sudah disebut berbasis kompetensi. Oleh karena itu, sasarannya adalah merampungkan sebanyak mungkin konten.

Padahal, penguasaan kompetensi esensial yaitu literasi, numerasi, dan karakter sangat krusial di jenjang dasar. Mengapa sangat penting? Karena kompetensi esensial adalah perangkat bagi murid untuk menyelesaikan berbagai tantangan belajar maupun tantangan kehidupan di waktu-waktu berikutnya.

Sedangkan pada fokus perbaikan yang kedua, kurikulum prototipe memfasilitasi penyelenggaraan pembelajaran yang tidak lagi menggunakan bahan ajar seragam di semua daerah.

“Pembelajaran sudah waktunya berubah menjadi pembelajaran yang membantu murid mengenali dan menggunakan potensi di sekitarnya untuk menyelesaikan persoalan masyarakat dan berkarya untuk meningkatkan kualitas kehidupan,” imbuhnya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU