Latar Belakang Perang Rusia dengan Ukraina, Ini Alasannya!

Perang antara Rusia dan Ukraina baru saja dimulai Kamis (24/2) kemarin. Perang ini terjadi setelah ketegangan yang kian meningkat selama berbulan-bulan antara kedua negara.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (21/2) mengakui pembentukan dua negara di wilayah separatis Ukraina timur. Lalu apa latar belakang konflik di Ukraina yang kini meluas menjadi eskalasi Barat-Rusia ini?

Dikutip DW, pada Februari 2014, Presiden Ukraina pro Moskow Viktor Janukovich digulingkan dari kekuasaan oleh protes massal di ibukota Kiev. Sebelumnya, Janukovich menolak menandatangani perjanjian asosiasi Ukraina dan Uni Eropa atas tekanan Rusia.

Penolakan itu membangkitkan kemarahan banyak warga yang sudah bergembira akan masuk Uni Eropa. Apalagi banyak tuduhan tentang korupsi para pejabat pemerintahan, termasuk Viktor Janukovich, yang akhirnya melarikan diri ke Rusia.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

Rusia pun membalas dengan mengirim pasukan ke Semenanjung Krimea. Setelah menguasai Krimea, Rusia mengobarkan pemberontakan separatis di kawasan Ukraina Timur yang sebagian besar warganya berbahasa Rusia, yang dikenal sebagai wilayah Donbas, dengan mengirim persenjataan kepada kubu separatis.

Pada April 2014, pemberontak yang didukung Rusia merebut gedung-gedung pemerintah di wilayah Donetsk dan Luhansk, lalu memproklamirkan pembentukan dua republik baru. Bulan berikutnya, kedua wilayah separatis itu mengajukan permohonan untuk menjadi bagian dari Rusia. Tapi Moskow belum menanggapi permohonan itu secara resmi.

Rusia diketahui ingin mencegah Ukraina menjadi anggota NATO, seperti negara-negara Eropa Timur lainnya. Moskow juga membantah mengirim pasukan dan senjata ke Ukraina timur, dengan mengatakan bahwa warga Rusia yang bertempur di Ukraina timur adalah relawan, bukan anggota militernya.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

Perjanjian gencatan senjata untuk Donbas yang gagal

Di tengah pertempuran sengit yang melibatkan tank, artileri berat dan pesawat tempur, pesawat penumpang Malaysia Airlines yang berangkat dari Belanda ditembak jatuh di Ukraina timur pada 17 Juli 2014, menewaskan semua 298 orang di dalamnya. Penyelidikan internasional menyimpulkan bahwa jet penumpang itu ditembak jatuh dengan rudal yang dipasok Rusia dari wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU