Latar Belakang Perang Rusia dengan Ukraina, Ini Alasannya!

Setelah pasukan Ukraina terdesak kubu separatis, delegasi pemerintah Ukraina, wakil-wakil separatis dan wakil dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa OSCE melakukan perundingan dan akhirnya menandatangani kesepakatan gencatan senjata di ibukota Belarusia, Minsk.

Perjanjian itu antara lain menyebut gencatan senjata akan diawasi oleh OSCE. Semua pasukan asing harus mundur dari wilayah konflik, pertukaran tahanan dan sandera, mundurnya semua pejuang asing dari wilayah Ukraina, amnesti bagi kaum pemberontak dan janji bahwa daerah-daerah separatis akan memiliki status otonomi. Namun kesepakatan itu ternyata tidak tahan lama, pertempuran kembali pecah sampai Februari 2015.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

Perjanjian Damai Minsk yang diprakarsai Prancis dan Jerman

Prancis dan Jerman akhirnya menengahi perjanjian damai baru, yang ditandatangani di Minsk pada Februari 2015 oleh perwakilan Ukraina, Rusia, dan kubu separatis. Perjanjian itu juga memuat pesyaratan penarikan senjata berat dari wilayah sengketa. Sebuah deklarasi mendukung perjanjian perdamaian itu ditandatangani oleh para pemimpin Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.

Perjanjian Perdamaian yang kemudian juga dikenal sebagai “Dokumen Minsk” itu membantu mengakhiri pertempuran besar, tetapi situasi tetap tegang di garis demarkasi. Kedua pihak saling tuduh bahwa pihak lain memulai pertempuran dengan melanggar perjanjian perdamaian.

Baca Juga:  Pemain Terbaik AFF Futsal 2024, Wendy Brian Ick: Berkat Jasa Ibu

Untuk mengamankan pengaruhnya di Ukraina timur, Moskow juga membagikan lebih dari 720.000 paspor Rusia kepada warga di Donbas, sekitar seperlima dari seluruh populasi yang berjumlah sekitar 3,6 juta orang.

Pengakuan Putin atas kemerdekaan dua wilayah yang dikuasai pemberontak secara efektif telah membuyarkan Perjanjian Damai Minsk. Kedua pemimpin separatis hari Senin (21/2) hadir di Moskow dan bersama-sama dengan Vladimir Putin menandatangani “perjanjian kerjasama”, termasuk dukungan militer dari Rusia.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU