Lulusan SMK Banyak Jadi Pengangguran, Nadiem Buat Program Ini

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran dari lulusan SMK di Indonesia tahun 2020 mencapai 13,55%. Angka tersebut menjadi yang paling tinggi dibanding dengan lulusan jenjang sekolah lainnya.

Terkait hal itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Menristekdikbud) Nadiem Makarim pun membuat program fast track SMK-D2 yang merupakan bagian dari Kampus Merdeka Vokasi. Tujuannya untuk mengurangi angka pengangguran lulusan SMK di Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengatakan jika program SMK-D2 Fast track berhasil dijalankan, maka akan menurunkan angka pengangguran lulusan SMK. Sebab, nantinya lulusan SMK akan banyak terserap di dunia kerja hingga berwirausaha.

“Jika program ini berhasil, banyak lulusan SMK menjadi BMW yaitu Bekerja, Melanjutkan studi, dan Wirausaha. Serta, akan mengurangi angka pengangguran SMK,” jelas Wikan melalui webinar Bincang Pendidikan Kemendikbudristek via Zoom pada Kamis (27/5/2021).

Dalam program SMK-D2 fast track ini, Kemendikbudristek memberikan banyak penawaran dana kompetitif agar semakin banyak kerja sama SMK dan D2 dalam membuka program fast track. Dengan adanya fast track, lulusan SMK dapat memiliki kompetisi yang lebih terampil dan unggul dalam waktu yang lebih singkat.

Baca Juga:  Berantas Judi Online, Pemerintah Tetapkan Tiga Prioritas

“Seluruh program itu bertujuan untuk membuat link and match semakin sesuai dengan dunia kerja,” papar Wikan.

Wikan juga menjelaskan, lulusan SMK yang mengikuti program Fast track bisa bersekolah selama satu semester saja, dan magang di industri selama satu tahun.

Lebih lanjut, Wikan mengaku bahwa program fast track ini merupakan adopsi dari kurikulum Jerman, yang berfokus pada kegiatan magang sambil kuliah industri.

“Misalnya 3-4 hari bekerja, 1 hari dalam seminggu ya itu ada perkuliahan atau training di industri. Oleh siapa? bersama-sama oleh kampus dan industri. Hard skillnya makin kuat dan soft skillnya makin kuat juga,” kata Wikan.

Baca Juga:  Mozaik Avanezka, Anak Indonesia Juara 2 Lomba Ice Skating di Kazakhstan

“Sebagai contoh posisinya seperti pengelas jika menunggu D3 terlalu lama, cukup latih satu semester di kampus tetapi sejak SMK sudah ditraining. Jadi tidak usah menunggu 3 tahun lagi. Jadi kurikulum dimasukkan ke SMK dan menjadi D2 fast track,” ujar Wikan.

- Iklan -

Wikan juga mengatakan nantinya anak lulusan SMK tidak usah khawatir lagi. Pasalnya, pada program fast track SMK akan diajar oleh 3 guru, satu guru smk, dosen vokasi, hingga expert dari industri.

Senada dengan itu, Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Beny Bandanadjaja mengatakan mahasiswa dapat lulus di semester 6.

“Siswa boleh lulus semester 6 atau boleh langsung di perguruan tinggi vokasi. Di perguruan tinggi memberikan pengakuan kurikulum di SMK sehingga dapat menyelesaikan studi selama 3 semester,” tutup Beny. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU