Maba FKM Unhas Diminta Adaptasi Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19

FAJARPENDIDIKAN.co.id – P2KMB (Pembinaan dan Pengembangan Karakter Mahasiswa Baru) tingkat fakultas diadakan kembali oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (FKM Unhas).

P2KMB 2020 bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru agar mereka dapat lebih cepat beradaptasi dengan kehidupan kampus serta lingkungan sosialnya.

P2KMB kali ini dilakukan secara daring dengan menggunakan zoom cloud yang berlangsung pada Selasa-Rabu, 8-9 September 2020.

Salah satu materi yang diberikan dalam P2KMB ini adalah Adaptasi Kebiasaan Baru di masa Pandemi Covid-19, dipandu oleh Indra Dwinata, SKM, MPH, dengan narasumber yaitu Prof Dr Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes, M.Sc.PH selaku Dosen Epidemiologi FKM Unhas, serta Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI).

Prof Dr Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes, M.Sc.PH selaku Dosen Epidemiologi FKM Unhas, serta Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI)

Menurut Prof Ridwan, perjalanan dari virus corona ini awalnya ditemukan pada pertengahan Desember 2019 di Wuhan, dimana diawali dengan gejalah pneumonia dan belum diketahui penyebabnya.

Kemudian pada akhir Desember, diketahui bahwa virus ini berasal dari pasar hewan yang ada di Wuhan.

Pada pertengahan Januari 2020, diketahui bahwa dapat berpindah dari manusia ke manusia.

Baca Juga:  10 Keuntungan Menjadi Ahli Farmasi: Karier, Kontribusi, dan Kepuasan

Cara penularan dari virus ini yaitu: kontak langsung melalui kontak antar manusia melalui droplet (cairan ludah), melakukan kontak fisik seperti berjabat tangan dengan orang yang terinfeksi virus, tidak langsung seperti menyentuh barang yang terkontaminasi virus corona.

Virus corona ini dapat ditularkan sebelum timbul gejala atau selama gejala berlangsung.

- Iklan -

“Saat ini perkiraan jumlah kasus yang terinfeksi yaitu 86 persen tidak terdeteksi atau tidak menunjukkan gejala namun menular, 11,4 persen mengalami kasus ringan (yang tidak memerlukan perawatan RS), 1,93 persen mengalami Pneumonia, 0,36 persen melakukan perawatan kritikal (memerlukan perawatan ICU), dan 0,32 persen mengalami Fatalitas (kematian atau terinfeksi),” jelasnya.

Prof Ridwan lebih lanjut mengatakan bahwa adaptasi kebiasaan baru ini dimaknai sebagai skenario untuk mempercepat penanganan covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi.

Dalam konteks Indonesia, kata Prof Ridwan, pemerintah mengumumkan rencana untuk pengimplementasian kebijakan new normal dengan mempertimbangkan analisis pada studi epidemiologis dan kesiapan masing-masing wilayah.

“Prinsip utama dari new normal yang diterapkan ini adalah adaptasi kebiasaan baru dengan pola hidup yang akan menuntun pada terciptanya kehidupan dan perilaku baru masyarakat hingga vaksin COVID-19 ditemukan,” jelasnya.

Baca Juga:  Bagaimana Peran GMP dalam Industri Farmasi?

Lebih lanjut ia menjelaskan, implementasi kebijakan new normal dikawal oleh penerapan protokol kesehatan secara ketat.

“Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk melakukan kebiasan adaptasi baru dalam kegiatan kita sehari-hari? Secara pribadi, persiapkan mental untuk menerima segala perubahan kebiasaan yang akan terjadi,” ungkapnya.

Semua orang diminta berperilaku hidup sehat dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan covid-19 yang selama ini sering didengungkan.

Protokol pencegahan itu di antaranya: selalu menggunakan masker jika bepergian ke luar rumah, memahami etika batuk, tidak ke luar rumah jika tak memiliki kepentingan mendesak, rajin mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun atau menggunakan hand sanitizer, tidak bertukar barang dengan orang lain di tempat kerja, misalnya membawa piring, gelas, dan sendok sendiri dan menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Mahasiswa baru sangat antusias mengikuti acara tersebut.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU