Sebanyak 78 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) melaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) III di berbagai posko atau desa di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar. Kamis 23 Juni 2022.
PBL III sendiri merupakan mata kuliah lanjutan yang bertujuan untuk mengevaluasi program-program kerja yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa pada PBL II di Bulan Januari 2022 silam.
Mahasiswa FKM UNHAS yang tergabung dalam posko 25 Desa Sawakong sendiri memiliki 6 buah program kerja yang menyasar pada sejumlah prioritas masalah kesehatan di Desa Sawakong.
Salah satu program kerja tersebut ialah pengadaan Pembuangan Air Limbah Sederhana dan Bermanfaat (BUAH SABAR) sebagai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) sederhana.
Pada saat PBL II, mahasiswa posko 25 berhasil membuat 2 unit BUAH SABAR yang berlokasi pada salah satu rumah warga di Dusun Bontomattiro dan Dusun Dengilau.
Dalam rangka mengukur atau menilai keberhasilan program kerja tersebut, mahasiswa posko 25 melaksanakan evaluasi program berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun indikator keberhasilan program kerja tersebut adalah bertambahnya penggunaan BUAH SABAR sebagai SPAL sederhana di Desa Sawakong.
Evaluasi program yang dilaksanakan oleh posko 25 berlangsung pada hari Minggu 26 Juni 2022.
Metode yang digunakan berupa observasi dan wawancara singkat dengan masyarakat pemilik rumah.
Mahasiswa mengamati kondisi BUAH SABAR yang terpasang di rumah-rumah warga.
Sembari mengamati, mereka juga mewawancarai pemilik rumah mengenai kebermanfaatan yang dirasakan setelah BUAH SABAR digunakan selama kurang lebih 6 bulan.
“Setelah rumah kami dipasangi BUAH SABAR dek, saya rasa aroma busuk yang biasa tercium di sekitar halaman rumah sudah tidak ada lagi,” ucap Rusli selaku pemilik rumah.
Selama observasi, mahasiswa posko 25 juga menemukan bahwa terdapat penambahan satu unit BUAH SABAR yang digunakan oleh salah satu masyarakat di Dusun Dengilau.
Bahan dan alat yang mudah didapatkan serta mudahnya pemasangan disinyalir menjadi salah satu alasan pemilik rumah untuk menggunakan BUAH SABAR sebagai SPAL sederhana di rumahnya.
“Kami sangat senang dan bersyukur bahwasanya terdapat masyarakat yang mau dan mampu untuk membuat BUAH SABAR di rumahnya secara mandiri,” tangkas Abdul Hadi Al Muttaqin sebagai penanggung jawab program.
BUAH SABAR merupakan inovasi SPAL sederhana dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam potensial di lingkungan sekitar.
Pembuatan BUAH SABAR mengadopsi konsep filtrasi pasir lambar yang dapat membuat air limbah hasil rumah tangga menjadi lebih bersih dan tidak menimbulkan aroma busuk.
BUAH SABAR sebagai SPAL sederhana yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan diharapkan mampu menjawab problematika seputar sanitasi lingkungan di Desa Sawakong.