Makalah Sistem Dispersi, Pengertian, Jenis, Rumus Lengkap Contoh, Sistem dispersi jika secara sederhana dapat diartikan sebagai larutan atau campuran dua zat yang berbeda maupun sama wujudnya.
Dilansir dari laman Materibelejar.co.id, berikut ini penjelasan lengkap dari Makalah Sistem Dispersi, Pengertian, Jenis, Rumus Lengkap Contoh.
Pengertian Sistem Dispersi
Pengertian Dispersi
Dispersi merupakan peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi komponen-komponennya karena pembiasan. Komponen warna yang terbentuk yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Dispersi juga dapat terjadi karena ada perbedaan deviasi untuk setiap panjang gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing gelombang pada saat melewati medium pembias. Gambar 1. menunjukkan dispersi sinar putih yang melalui sebuah prisma.
Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma ialah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya.
Permukaan ini disebut dengan bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut pembias (β). Cahaya yang melewati prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma.
Jika sinar datang mulamula dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi.
Jadi, sudut deviasi (δ) merupakan sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias atau pemantul. Gambar 2. menunjukkan sudut deviasi pada pembiasan prisma.
β + ∠ABC = 180oPada segitiga ABC berlaku hubungan:r1 + i2 +∠ABC = 180o
sehingga diperoleh hubungan:
β + ∠ABC = r1 + i2 +∠ABC
β = r1 + i2 ……………………………………………… (1)dengan:
β = sudut pembias prismai2 = sudut datang pada permukaan 2r1 = sudut bias pada permukaan 1
∠ADC + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o∠ADC = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Jadi, sudut deviasi ( δ ) adalah:
δ = 180o – ∠ADCδ = 180o – [180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)]δ = (i1 + r2) – (r1 + i2)
δ = (i1 + r2) – β ……………………………………… (2)
dengan:δ = sudut deviasii1 = sudut datang mula-mular2 = sudut bias kedua
β = sudut pembias
Pada sudut deviasi berharga minimum (δ = 0) jika sudut datang pertama (i1) sama dengan sudut bias kedua (r2).
Secara matematis dapat dituliskan syarat terjadinya deviasi minimum (δm) adalah i1 = r2 dan r1 = i2, sehingga persamaan (2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
δm = (i1 + i1) – β
δm = 2i1 – βi1 = (δ+β) / 2 .,……………………….. (3)
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2, maka dari persaman (1) diperoleh:β = r1 + r1 = 2r1
r1 = 1/2 β ……………………………………………………… (4)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:n1.sin i1 = n2.sin r1
(sin i1/sin i1) = (n2/n1)
Masukkan terlebih dahulu i1 dari persamaan (3) dan r1 dari persamaan (4) sehingga:Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi:δm = (n2 − n1) β……………………………………….. (7)dengan:n1 = indeks bias mediumn2 = indeks bias prismaβ = sudut pembias (puncak) prismaδm = sudut deviasi minimum