Oleh Akhuukum Fillaah :
Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi
بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ
Al-Lajnatud Daaimah Lil Buhuutsil Ilmiyah wal Iftaa’ di tanya: Manakah hewan yang lebih baik untuk berkurban, kambing atau sapi?
Al-Lajnatud Daaimah Lil Buhuutsil Ilmiyah wal Iftaa’ Menjawab: Hewan kurban terbaik adalah berikut urutannya : UNTA kemudian SAPI lalu KAMBING dan setelah itu PATUNGAN pada UNTA atau SAPI (Maksimal 7 orang mengumpulkan iuran untuk membeli unta atau sapi untuk dikurbankan-red).
Keterangan (Pen): Adapun bagi kita yang berada di Negara Indonesia, hewan kurban yang terbaik adalah SAPI, kemudian KAMBING.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam tentang hari Jumat:
مَنْ راح في الساعة الأولى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً
“Siapa yang berangkat Jumat di awal waktu, maka dia seperti berkurban dengan unta. Siapa yang berangkat Jumat di waktu kedua, maka dia seperti berkurban dengan sapi. Siapa yang berangkat Jumat di waktu ketiga, maka dia seperti berkurban dengan kambing gibas yang bertanduk. Siapa yang berangkat Jumat di waktu keempat, maka dia seperti berkurban dengan ayam. Siapa yang berangkat Jumat di waktu kelima, maka dia seperti berkurban dengan telur.” [HR Bukhari 881 dan Muslim 850]
Urutan kurban yang paling sempurna adalah onta, kemudian sapi, kemudian kambing. Ini jika biaya pengadaannya dari satu orang dan bukan urunan. Dalil mengenai hal ini adalah janji pahala yang Allah berikan bagi mereka yang datang jumatan di awal waktu.
Namun jika sapi itu di beli dari hasil urunan, nilai keutamaannya menjadi berbeda. Karena itulah para ulama membahas, mana yang lebih utama, berkurban dengan seekor kambing atau ikut urunan sapi?
Banyak ulama yang menegaskan bahwa berkurban dengan seekor kambing, lebih utama di bandingkan ikut urunan sapi.
Kita simak penuturan mereka:
Keterangan Ibnu Qudamah – Hambali:
والشاة أفضل من شرك (أي : الاشتراك) في بدنة ; لأن إراقة الدم مقصودة في الأضحية , والمنفرد يتقرب بإراقته كله
“Kurban seekor kambing lebih utama di bandingkan ikut urunan onta. Karena tujuan utama ibadah kurban adalah Iraqah ad-Dam (menumpahkan darah). Dan satu orang, bisa berkurban dengan menyembelih satu ekor utuh.” [Al-Mughni, 9/439
Keterangan As-Syirazi – Syafi’iyah:
والشاة أفضل من مشاركة سبعة في بدنة أو بقرة لأنه يتفرد بإراقة دم
“Berkurban dengan seekor kambing, lebih afdhal di bandingkan ikut urunan onta atau sapi bersama 7 orang. Karena kurban seekor kambing berarti menumpahkan darah (menyembelih) sendirian.” [Al-Muhadzab, 1/433]
Keterangan Ibnu Qasim Al-Ghazzi – Syafi’iyah:
وتجزىء الشاة عن شخص واحد وهي أفضل من مشاركته في بعير
“Seekor kambing bisa untuk kurban satu orang, dan seekor kambing lebih utama di bandingkan ikut urunan unta.” [Fathul Qarib, hlm. 312]
Keterangan Ibnu Utsaimin:
الأفضل من الأضاحي : الإبل ، ثم البقر إن ضحى بها كاملة ، ثم الضأن ، ثم المعز ، ثم سُبْع البدنة ، ثم سبع البقرة
“Kurban yang paling afdhal adalah onta, lalu sapi, jika kurbannya utuh (tidak urunan), kemudian domba, kemudian kambing jawa, kemudian sepertujuh onta, kemudian sepertujuh sapi.” [Ahkam al-Udhhiyah]
Sapi memang lebih berdaging, namun tujuan utama kurban bukan untuk mencari daging, tapi untuk mencari taqwa kepada Allah.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” [Qs 22/Al-Hajj (Haji) : 37]