Manusia Terbaik, yang Bermanfat Terhadap Sesama

Penulis: Nurhayana    

Rata – rata orang Indonesia, dan mungkin juga di dunia,  berfikiran bila sudah mencapai usia pensiun, dia akan beristirahat total sampai ajalnya tiba. Di benaknya, sudah tertanam angan – angan, hanya akan menikmati hidup saja, hidup tenang di hari tua, dan tidak ada lagi beban.

Tidak disusahkan dengan kebutuhan hidup anak. Dia hanya ingin mengisi waktunya, bermain dengan cucu, jalan – jalan untuk refreshing. Pokoknya, bersenang – senang tanpa ada beban pemikiran lagi untuk mencari nafkah atau berada di zona nyaman. Bagi muslim, dia merencanakan hanya mengisi waktunya, melengkapi solatnya, dan membaca Al-Qur’an.

Untuk persiapan bekal bila kelak ajalnya menjemput.

Benarkah pemikiran tersebut? Tentu saja tidak salah. Hanya dengan shalat dan membaca Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain. Setidaknya itulah fenomena yang terjadi selama ini. Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif.

Akibat pemikiran – pemikiran tersebut, bahkan membuatnnya kehilangan gairah, untuk mencari nafkah. Dengan pemikiran tersebut,  bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dengan sesama.

Konsep pensiun tersebut, ternyata bertentangan dengan konsep Rasullah Muhammad SAW..Sebenarnya, Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua. Allah memberi jawabannya lewat Al Qur’an Surah Al-Insyirah: 7-8.”Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain.”. “Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

Baca Juga:  Pers Pengawas Kekuasaan dan Penjaga Harapan

Di dalam  kitab Sirah Nabawiyah, Rasulullah SAW memulai hidup baru di usia 40 tahun. Demikian pula sahabat-sahabatnya, seperti: Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah.

Di usia itu, Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan…Harta, mereka infaqkan.

- Iklan -

Martabat manusia mereka perjuangkan. Rasulullah bersama sahabatnya, bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis. Di usia tua, Rasulullah tidak hanya sibuk dengan shalat dan membaca al Quran.

Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia. Membangun masyarakat madani (civil society) di Madinah. Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia.

Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial. Artinya, memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri. Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat.

Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya. Tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya. Pensiun beliau saw adalah kematian…Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain.

Baca Juga:  Pers Pengawas Kekuasaan dan Penjaga Harapan

Mereka pensiunnya setelah wafat. Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya. Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat  berperang menghadapi Byzantium pada usia 93 tahun.

Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang.Manusia sukses versi Islam itu menurut hadist adalah:“Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia. Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat.

Bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal tak jelas.

Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia.

Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata.

Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru. Tua bukan alasan untuk putus asa dan berhenti. Merasa tua dan berpikir.  “Bukan saatnya lagi untuk hidup aktif dan dinamis adalah bukan pilihan yang tepat”.

Justru,  kita harus lebih hidup dan bersemangat. Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah SWT.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU