Oleh: Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)
FAJARPENDIDIKAN.co.id – Hari ini tanggal 23 Juli 2020 adalah masa satu tahun kepemimpinan saya sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar ke 12, terhitung sejak dilantik pada tanggal 23 Juli 2019.
Satu tahun masa kepemimpinan tentu memang masih terlalu dini untuk menilai kesuksesan dan kegagalan seorang pemimpin.
Argumen inilah yang mendasari saya menyebut laporan ini sebagai catatan pinggir satu tahun kepemimpinan.
Ibaratnya, kita saat ini sedang berada di pinggir atau di awal kepemimpinan. Namun demikian, pada momentum historis ini, saya ingin mengurai beberapa capaian penting yang layak kita dokumentasikan sekaligus menjadi bahan evaluasi secara bersama-sama demi kebesaran dan kejayaan UIN Alauddin ke depan.
Refleksi ini tentu bukan terkait pribadi saya, tetapi wujud kinerja bersama seluruh stakeholder UIN Alauddin Makassar.
Saya memiliki prinsip bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa merubah dan menggerakkan roda kepemimpinannya secara bersama-sama.
Merujuk kepada judul refleksi ini, “Membumikan Pancacita”, saya ingin mengawali dengan satu penegasan, bahwa visi saya dalam menjalankan roda kepemimpinan di UIN Alauddin Makassar semuanya terangkum dalam Pancacita saya baik yang bersifat akademik maupun non-akademik.
Pancacita ini menjadi petunjuk sekaligus arah dan orientasi kepemimpinan saya selama menjadi rektor di universitas tercinta ini.
Pancacita ini tidak hanya berhenti sebagai rumusan dari visi dan misi UIN Alauddin, tetapi kita bumikan dalam program kerja yang terukur.
Salah satu cita utama dalam pancacita non-akademik adalah kampus yang asri. Cita ini tentu tidak terlepas dari latar belakang pendidikan saya yang pernah hidup di dua benua yang berbeda, Amerika dan Australia.
Pengalaman ini telah memberi pengaruh yang besar dalam alam sadar saya bahwa salah satu distingsi universitas-universitas maju adalah keasrian dan kesejukan kampusnya.
Saya berkeyakinan bahwa lingkungan kampus yang asri baik yang saya rasakan di McGill, Montreal Canada maupun di ANU, Canberra Australia setidaknya memberi gambaran awal bagaimana keasrian dan kesejukan para penghuni kampus tersebut.
Kalaupun cara pandang atau mindset penghuninya tidak persis sama, minimal warga kampus kita bisa membangun mimpi untuk mendekati keasrian kampus mereka.
Untuk mewujudkan kampus yang asri, bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan satu, dua atau tiga tahun.
Ini tentu membutuhkan proses yang panjang yang dimulai dengan langkah-langkah revolusioner.
Filosofi inilah yang menjadi dasar pijakan dalam membangun langkah awal pengembangan kampus kita.
Pasca pelantikan saya sebagai Rektor, hal pertama saya lakukan dalam mengawali kepemimpinan di kampus tercinta ini adalah berjalan mengelilingi kampus sambil memotret sendiri sudut-sudut kampus yang selama ini luput dari pandangan kita.
Hal ini saya lakukan sendiri demi menangkap problem di lapangan secara langsung tanpa menunggu laporan dari bawah.
Hasil dari observasi awal ini kemudian menjadi baseline data saya untuk memulai langkah nyata dalam mewujudkan kampus asri.
Saya kemudian belajar ke UIN Raden Intan Lampung yang selama ini terkenal dengan keasrian dan kesejukan kampusnya.
Saya juga mengajak Rektornya untuk mengelilingi Kampus Samata dan setelah mencermati topografinya, beliau meyakinkan saya bahwa Alauddin bisa lebih dahsyat dari Raden Intan sekiranya proyek keasrian itu tergeluti dengan optimal.
Berdasarkan data dan pengalaman benchmarking di atas, setidaknya ada dua hal penting yang harus dilakukan, yaitu memastikan sistem petugas kebersihan kampus berjalan secara efisien dan membangun kesadaran kolektif bagi seluruh stakeholder kampus terkait pentingnya menjaga kebersihan kampus.
Dua poin inilah yang sedang kita bangun selama satu tahun belakangan ini. Poin pertama tentu telah kita saksikan secara bersama-sama bahwa petugas kebersihan kita memang belum bekerja secara profesional, tenaga-tenaga mereka belum terlatih sebagaimana idealnya petugas-petugas kebersihan profesional.
Kita beberapa kali memberi edukasi dan peringatan kepada mereka, tetapi tetap saja hasilnya belum maksimal.
Di sinilah kita melakukan langkah lebih progresif dengan merekrut provider petugas kebersihan yang baru.
Gejolak pun dari dalam tidak terhindarkan dan ini tentu menjadi ujian pertama bagi saya sebagai rektor.
Dengan pendekatan persuasif, gejolak dan drama ini akhirnya bisa dilalui. Provider baru dan petugas-petugas kebersihan yang sudah tercerahkan pada akhirnya bekerja seperti yang kita harapkan.
Tidak terlihat lagi petugas-petugas kebersihan yang melalaikan tugasnya. Mereka secara reguler dikontrol oleh para pengawas kebersihan. Kondisi ini tentu menjadi spirit baru bagi kita dalam rangka menciptakan kampus asri.
Selain memastikan petugas kebersihan bekerja secara profesional, saya juga melakukan gerakan sadar kebersihan bagi semua elemen kampus, yang memang cikal bakalnya sudah terbangun sejak dicanangkannya Gerakan Bersih Kampus (GBK) pada kepemimpinan sebelumnya.
Kita gerakkan semua elemen kampus untuk penciptaan kesadaran kolektif. Berulang kali kita melakukan kerja bakti massal dimana semua stakeholder kampus kita gerakkan, kita bagi zona yang menjadi tanggung jawab setiap fakultas dan lembaga.
Dema Universitas berhasil mewujudkan pemilihan Duta Kampus Asri yang melahirkan jargon SAMATA (Sama-Sama Ambil SampahTa’).
Para Duta inilah yang banyak mendampingi saya saat turun langsung berjibaku di lapangan.
Hasilnya, perlahan tapi pasti, kampus UIN Alauddin Makassar yang kita cintai ini tampak lebih asri, hijau, rumput-rumputnya tertata rapi karena secara berkala dilakukan pemeliharaan, tidak terlihat lagi tumpukan sampah yang biasanya berlindung di balik gedung-gedung kampus, tidak ada lagi sampah-sampah berserakan di sekitar kantin. Lapangan kampus yang menjadi titik episentrum kita pastikan kebersihannya.
Kita fasilitasi dengan jogging track yang menambah keasrian kampus. Warga kampus yang biasanya melakukan jogging di luar, kini mereka bisa memanfaatkan jogging track kampus. Kesadaran pentingnya menjaga kebersihan sudah mulai menyeruak di tengah-tengah kampus.
Kesadaran itu tidak hanya hadir pada sebagian dosen, tetapi sebagian besar mahasiswa-mahasiswi kita sudah mulai memperlihatkan asa baru pentingnya menjaga keasrian kampus. Ini tentu menjadi modal awal bagi kita untuk mewujudkan kampus yang lebih asri sebagaimana kampus-kampus maju di luar negeri.
Akhirnya pujian terhadap keasrian kampus kita tidak hanya dari kalangan internal kampus, tetapi setiap tamu yang datang berkunjung ke kampus UIN Alauddin Makassar, semua memberi apresiasi terhadap keasrian kampus.
Namun demikian, dalam menata kampus yang lebih asri, masih banyak hal yang harus kita benahi; jalan-jalan di dalam kampus perlu segera diperbaiki, manajemen parkir masih perlu penataan lebih jauh, rambu-rambu lalu lintas dalam kampus masih membutuhkan pengaturan yang lebih baik, serta perlunya menyediakan fasilitas-fasilitas publik bagi mahasiswa.
Semua ini kita akan benahi secara bertahap demi perwujudan kampus asri sebagaimana mimpi saya di atas.
Tantangan awal berikutnya, adalah upaya menertibkan kegiatan malam mahasiswa yang belum terkontrol dengan baik.
Dalam upaya penertiban ini, saya merasakan begitu banyak dinamika dan protes sebagian anak-anak kita yang tentunya bisa dipahami sebagai hal yang ‘mengusik’ zona nyaman mereka.
Namun, saya tidak pernah ragu bahwa untuk menciptakan kampus dengan jargon ‘peradaban,’ kegiatan malam harus dikontrol dengan baik.
Kontrol ini diperlukan untuk mencegah anak-anak kita terperesok ke dalam pergaulan bebas dan prilaku negatif lainnya.
Termasuk mencegah kebiasaan meninggalkan sampah berserakan setelah mereka berkumpul.
Saya memulainya dengan turun sendiri di malam hari melihat geliat aktivitas mereka di berbagai sudut-sudut kampus.
Yang kami kemudian lakukan adalah memastikan sinergi bidang kemahasiswaan dan keamanan untuk meminta mahasiswa secara persuasif untuk mengosongkan kampus dan menutup pintu gerbang paling lambat jam enam sore.
Kegiatan malam tetap bisa dilakukan tetapi seizin dengan pimpinan fakultas atau universitas. Saya berusaha untuk tidak lelah memompa semangat kerja tim penertiban, khususnya saat membaca gelaja turunnya konsistensi mereka.
Alhamdulillah, sampai sebelum pandemi, kampus akhirnya bisa memiliki waktu ‘bernafas lega’ di malam hari dan aktivitas malam mahasiswa sudah bisa dikontrol dengan baik.
Selama satu tahun kepemimpinan ini, kita tidak hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban kampus, kita juga terus bergerak untuk menata bidang lainnya, seperti perwujudan data yang terintegrasi.
Poin ini juga menjadi bagian penting pada pancacita bidang akademik. Sebagai langkah awal dalam mewujudkan integrasi data, kita menempatkan operator-operator handal dan profesional yang standby di setiap jurusan atau prodi.
Di tangan merekalah, data-data mahasiswa dan dosen-dosen diolah kemudian dilaporkan ke Pusat pangkalan data di rektorat.
Dengan data-data yang terintegrasi maka sistem controlling dan monitoring mahasiswa-mahasiswa dan dosen-dosen dapat dengan mudah kita lakukan.
Pada masa pandemi ini, pembelajaran dan pelaporan secara daring memudahkan kita mengontrol tingkat dan persentase kehadiran dosen-dosen setiap fakultas dan program pascasarjana.
Pada semester genap tahun ini, kita bisa mendapatkan data yang akurat tentang pencapaian pembelajaran kita yang dilakukan secara daring; dari 5049 kelas, ada 4982 yang terisi, atau mencapai 99 %.
Sisanya adalah pembelajaran praktikum yang harus dilakukan secara offline yang dimundurkan karena masalah covid 19.
Kita juga bisa menyajikan data bahwa rata-rata dosen melakukan pertemuan sebanyak 15,2 persen, yang artinya semua sudah melakukan interaksi diatas 12 kali pertemuan.
Bahkan kita bisa membaca data tentang mata kuliah dari dosen yang mahasiswanya 100 persen selalu mengikuti kuliah, atau mata kuliah dengan presentasi terendah kehadiran mahasiswanya.
Kita bisa mentrace seberapa aktif seorang mahasiwa mengikuti mata kuliah yang mereka programkan.
Tentu data akademik seperti ini sewajarnya memang harus tertata dan hanya bisa dengan sistem integrasi data yang baik, informasi akademik seperti ini dengan mudah bisa dibentangkan untuk ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat.
Begitu pula dalam sistem pelaporan dosen ke depan, terutama pada penilaian BKD (Beban Kerja Dosen) dan LKD (Lembar Kinerja Dosen), dosen tidak perlu lagi disibukkan dengan menscan dokumen karena data-data kita sudah terintegrasi dalam satu sistem pada pangkalan data kita di PUSTIPAD.
Penguatan integrasi data ini tentu membutuhkan ekstra perhatian bagi para operator yang sebagian besar direkrut dari tenaga honorer kita.
Data yang terintegrasi ini sebagai salah satu Pancacita bidang akademik akan di-back up dengan peningkatan kesejahteraan dosen, pegawai dan honorer kita yang juga menjadi bagian dari pancacita non akademik.
Oleh karena itu, pada satu tahun kepemimpinan ini, kita telah meningkatkan kesejahteraan tenaga honorer kita dengan tambahan gaji sebesar Rp.700.000, dan khusus bagi operator, kita menaikkan gradenya dari 3a ke 3b.
Bahkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi para pegawai dan dosen kita, untuk pertama kalinya, kita memberikan remun 13 (P1) di setiap akhir tahun dan remun 13 (LKD) khusus dosen pada pembayaran semester ganjil.
Dengan penataan dan penguatan integrasi data kita, tidak ada lagi keterlambatan pembayaran gaji maupun tunjangan dosen dan para pegawai kita.
Kalaupun sistem integrasi data ini masih terjadi kekurangan, seperti sistem penginputan nilai mahasiswa, saya kira itu bagian dari proses penyempurnaan sistem integrasi data kita yang memang membutuhkan ekstra ketelitian dan perhatian yang serius.
Selain penguatan integrasi data universitas yang kita benahi secara bertahap, satu Pancacita akademik yang tidak kalah pentingnya adalah mewujudkan program studi yang unggul. Indikator utama keunggulan sebuah prodi adalah level akreditasinya.
Untuk memastikan perbaikan level akreditasi setiap prodi yang dinilai, saya berusaha sekuat tenaga turun langsung membantu semua jajaran dalam mengawal pelaksanaan akreditasi.
Hasilnya, ada dua prodi baru yang diakreditasi, Prodi PGMI FTK dan Prodi Ilmu Falak FSH yang diakreditasi langsung mendapatkan nilai B.
Beberapa prodi yang nilainya tergantung karena sebelumnya mengalami keterlambatan dalam penyelesaian dokumentasi akreditasi, semua sudah mendapatkan kejelasan status dengan tetap mempertahankan level akreditasinya.
Kita juga sedang berpacu dan berakselerasi dalam berbagai program untuk meningkatkan publikasi dosen-dosen kita.
Publikasi yang aktif ini adalah salah satu Pancacita bidang akademik. Saya meyakini bahwa publikasi internasional dosen-dosen kita adalah bentuk promosi dan “kampanye ilmiah” kampus kita.
Dosen-dosen yang menulis di jurnal internasional secara tidak langsung telah merepresentasikan dan memperkenalkan universitas kita.
Untuk merealisasikan target ini, kita sedang melakukan dan menyiapkan berbagai program strategis.
Khusus untuk dosen-dosen baru, kita melakukan affirmative action, bahwa bagi siapa saja di antara mereka yang bisa mempublikasikan papernya di jurnal internasional, kita akan beri reward, khususnya memprioritaskan pengurusan jabatan fungsional mereka.
Bentuk intervensi ini setidaknya telah membuahkan hasil. Baru-baru ini, beberapa dosen baru kita berhasil menerbitkan artikelnya di jurnal-jurnal terindeks scopus.
Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk stimulus untuk menggerakkan secara massif dan terstruktur publikasi dosen-dosen kita.
Program publikasi ini tidak hanya menyasar dosen-dosen baru, tetapi dosen-dosen senior juga kita genjot publikasinya.
Sekarang ini kita sedang melakukan program penulisan 100 buku referensi. Program ini rencananya akan kita lakukan setiap tahun dengan seleksi ketat, terbuka dan memakai standar turnitin yang ketat.
Batas plagiasi yang kita jadikan panduan dalam penulisan buku referensi ini adalah 20 persen.
Langkah ini kita lakukan demi mewujudkan buku-buku original yang berbeda dengan buku-buku yang sudah ada.
Program ini diharapkan akan menghasilkan buku-buku referensi yang pada gilirannya tidak hanya disitasi oleh lingkungan internal UIN Alauddin, tetapi buku ini akan dibaca oleh dunia global.
Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan mengapa aspek novelty (kebaruan) menjadi poin utama dari gerakan buku ini.
Dan yang tak kalah pentingnya, program ini juga menjadi wujud nyata dari program nasional Kementerian Agama RI yaitu penguatan keberagamaan yang moderat sesuai dengan tema program penulisan 100 buku referensi.
Selain itu, dalam rangka peningkatan publikasi dosen dosen, kita juga terus mensupport rumah jurnal kita yang terus berpacu dan berkreasi dalam meningkatkan level sinta mereka.
Saat ini, jumlah jurnal kita yang terakreditasi sinta terus bertambah sehingga sekarang ini sudah terdapat 38 jurnal terakreditasi.
Hanya saja, level sinta jurnal jurnal kita masih berhenti pada level sinta dua. Artinya, kita belum memiliki jurnal bereputasi internasional yang biasanya diasosiasikan dengan jurnal level sinta satu.
Level sinta satu ini sepertinya masih menjadi mimpi di kampus tercinta ini. Namun demikian, usaha menuju ke sana sedang kita lakukan.
Insya Allah pada periode kepemimpinan saya sebagai Rektor, jurnal sinta satu atau terindeks scopus menjadi target utama saya.
Selanjutnya, selama satu tahun kepemimpinan ini, kita juga terus berupaya melakukan ekspansi kerjasama (networking)dengan berbagai perusahaan BUMN yang siap bekerjasama dengan UIN Alauddin Makassar.
Penguatan jejaring adalah sebuah keniscayaan bagi setiap perguruan tinggi. Argumen inilah yang mendasari penguatan jejaring menjadi bagian penting dari pancacita akademik.
Untuk mewujudkan penguatan jejaring, saat ini kita terus mengembangkan sayap kerjasama dengan berbagai lembaga, perusahaan dan kementerian di luar kampus.
Kita sekarang ini tergabung dalam forum Human Capital Indonesia yang didalamnya terdapat 200 perusahaan yang siap menampung mahasiswa kita yang ingin mengikuti Program Magang Bersertifikat (PMMB) di berbagai bidang.
Dari 200 perusahaan tersebut, terdapat 20 perusahaan yang sudah memiliki ikatan kerjasama dengan UIN Alauddin Makassar.
Saat ini, beberapa mahasiswa kita yang berprestasi sedang melakukan magang di berbagai BUMN tersebut seperti Pelindo, Angkasa Pura, Semen Tonasa, BTN, Pertamina, BRI, Perusahaan Gas Indonesia, Pegadaian, Telkom dan BUMN lainnya.
Kerjasama dengan BUMN ini juga berlanjut dengan pemberian beasiswa kepada mahasiswa kita.
Selama satu tahun terakhir ini, kita sudah menyalurkan beasiswa dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Bank Indonesia (BI) untuk mahasiswa-mahasiswa kita yang berprestasi.
Bahkan organisasi mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia, Generasi Baru Indonesia 2020 (GenBI 2020) pada tiga perguruan tinggi negeri di Makassar (UIN, UNM, dan UNHAS), ketua umumnya adalah Yusdin, Prodi Akuntansi UIN Alauddin.
Penguatan jejaring dengan BUMN ini tidak hanya terkait beasiswa dan pengembangan skill mahasiswa, tetapi kita juga mengusahakan agar dana-dana Corporate Social Responsibility (CSR) mereka dapat mengalir untuk pengembangan kampus kita.
Terkait hal ini, selama satu tahun terakhir ini, PLN telah membuat taman baca elektrik yang indah di tengah-tengah kampus kita.
Kami para jajaran pimpinan terus mengaktifkan lobby untuk bisa mendapatkan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan.
Hasilnya, dua Menteri yang menjabat dari Kementerian Pertanian dalam satu tahun ini telah berkunjung langsung ke kampus tercinta ini, dan memberikan bantuan untuk peningkatan kapasitas Prodi Peternakan UIN Alauddin.
Kami juga terus melanjutkan lobby untuk kelanjutan pembangunan Masjid yang sudah dirintis sebelumnya.
Hasilnya, disetujuinya bantuan dari pemerintah provinsi untuk kelanjutan pembangunan masjid.
Kami juga mulai secara aktif mengajak para alumni, khususnya mereka yang sudah menjadi tokoh dan memegang jabatan kunci di berbagai daerah di Indonesia untuk berkontribusi pada pembangunan masjid tersebut.
Pada awal tahun 2020, UIN Alauddin juga mendapat kepercayaan untuk menjadi bagian dari 35 universitas negeri dan swasta se Indonesia yang menjadi subyek pengarusutamaan (mainstreaming) demokrasi.
Selain itu, kita juga melebarkan kerjasama dengan Pemda-Pemda di Sulawesi Selatan. Selama satu tahun terakhir ini, kita telah melakukan MoU dengan Pemda Enrekang, Luwu Timur, dan Bone. Di Luwu Timur, kita sudah ditawari oleh Pemda terkait pemberian bantuan beasiswa guru-guru agama untuk melanjutkan pendidikan S2 nya di UIN Alauddin Makassar dengan beasiswa Pemda.
Dengan Pemda Enrekang, alumni-alumni UIN Alauddin Makassar akan diberikan kesempatan menjadi pengajar/pembimbing agama/khatib dengan gaji 2,5 juta perbulan.
Namun semua rencana kerjasama tersebut menunggu realisasinya karena keterbatasan akibat covid 19.
Penguatan jejaring ini tidak hanya menyasar kerjasama dalam negeri, satu tahun belakangan ini, kita terus melanjutkan kerjasama dengan pihak perusahaan Jepang untuk menyalurkan tenaga kerja terlatih (skilled workers) yang direkrut dari alumni-alumni kita terutama dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Beberapa alumni kita masih dan sedang bekerja di Jepang sampai sekarang. Selain itu, sebelum pandemi Covid 19, dalam upaya memperluas jejaring internasional sebagai salah satu pancacita akademik, UIN Alauddin Makassar dipercaya oleh pihak kedutaan Kanada untuk mengambil bagian dalam program pertukaran pelajar di Canada.
UIN Alauddin Makassar menjadi satu satunya universitas dalam naungan PTKIN yang mendapatkan kesempatan untuk mengirim mahasiswa-mahasiswanya selama satu semester atau dua semester di universitas-universitas Kanada.
Hanya saja, dengan kondisi pandemi ini, maka program ini mengalami penundaan. Kami mencatat juga di tahun ini, kami mendirikan Unit Pengelolaan Zakat (UPZ) UIN Alauddin yang sejak berdirinya sudah berpartisipasi langsung untuk menyerap zakat, infaq, sadaqah, dan sumbangan dari warga kampus dan selanjutnya bekerjasama dengan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat untuk penyaluran bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana, baik yang bersifat alam maupun non-alam.
Untuk menutup refleksi satu tahun ini, ada baiknya kita juga menyinggung gejolak dan dinamika gerakan mahasiswa kita terkait kebijakan keringanan UKT yang telah menyita energi dan pikiran kita di tengah pandemi ini.
Bagi kami, gerakan mahasiswa yang menuntut pembebasan UKT adalah bagian dari dinamika kampus yang perlu dipikirkan solusinya secara arif dan bijaksana.
Kita memerlukan langkah-langkah persuasif terkait dengan gerakan ini. Kita tidak pernah diam terkait suara mereka. Suara mereka juga menjadi pertimbangan pimpinan dalam merumuskan kebijakan yang menguntungkan pihak lembaga serta tidak mengabaikan kondisi mahasiswa.
Kita tidak anti kritik, kritik konstruktif adalah bagian dari check and balance. Konkritnya, dua keputusan rektor terkait keringanan pembayaran UKT adalah salah satu bentuk respon dan pemihakan kita terhadap tuntutan mahasiswa.
Tentu saja, kita tidak mungkin menyetujui pembebasan UKT, kita hanya bisa memberikan porsi keringanan pembayaran UKT yang signifikan kepada mahasiswa yang terdampak akibat pandemi.
Sebagai wujud keberpihakan kita kepada kondisi mahasiswa selama pandemi, kita juga menggalang dana dari dosen-dosen kita dan BUMN rekanan untuk memberikan paket sembako kepada mereka terutama yang masih bertahan di kos-kos mereka.
Aksi kemanusiaan dan kepedulian ini ditunjukkan oleh beberapa prodi dalam lingkungan universitas kita.
Semua ikhtiar ini menunjukkan bahwa kita tidak diam dengan kondisi finansial mahasiswa-mahasiswi kita selama pandemi ini.
Sebagai Rektor, saya ingin menyampaikan kepada seluruh stakeholder UIN Alauddin Makassar, mulai dari mahasiswa, dosen, pegawai, honorer, serta pihak keamanan bahwa apa yang kita lakukan sekarang ini adalah bentuk kecintaan kepada universitas ini.
Refleksi di atas menggambarkan bahwa satu tahun ini kita sedang bekerja untuk memajukan lembaga, kita bekerja bukan untuk pencitraan diri.
Kita ingin UIN Alauddin Makassar bisa sejajar dengan universitas-universitas maju baik di dalam maupun di luar negeri.
Alasan untuk sejajar bahkan lebih bukanlah hal yang utopis. Indikatornya, anak-anak yang ingin melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi keagamaan tahun 2020 ini memberi kepercayaan kepada UIN Alauddin melebihi dari semuanya.
Kita berhasil menjadi perguruan tinggi paling diminati dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Kegamaan Islam Negeri (UMPTKIN), dengan jumlah pendaftar secara total 24,482 orang.
Capaian ini sekaligus sebagai pertama dalam sejarah penerimaan mahasiswa baru, UIN Alauddin bisa menggeser dominasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tentu menjadi kebahagiaan karena minat belajar di sebuah perguruan tinggi menjadi barometer utama untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kelayakan Perguruan Tinggi tersebut.
Akhirnya, semua capaian awal dan target yang kami bentangkan di atas tentu saja akan tercapai kalau kita semua bergandengan tangan secara bersama-sama, bekerjasama dan sama-sama bekerja di bawah satu panji kebersamaan.
Pancacita ini hanya akan menjadi bayangan konsepsi di langit jingga kalau kita tidak mengutamakan kepentingan bersama demi kemajuan UIN Alauddin Makassar.
Mari kita bumikan Pancacita demi UIN Alauddin Makassar yang lebih maju dan berperadaban. Seperti yang saya sering dengungkan: “Mari terus bersinergi, karena sinergi pastinya menghadirkan energi”. (*)