FAJARPENDIDIKAN.co.id – Wisata di area Taman Nasional Bantimurung Burusaraung memang cukup komplit. Selain terdapat penangkaran kupu-kupu, Museum Kupu-kupu, dan Air Terjun Bantimurung, di kawasan taman nasional ini juga terdapat goa yang bisa dikunjungi. Setidaknya ada dua goa yang berada di sana, yaitu Goa Batu dan Goa Mimpi. Anda tertarik menjelajah goa?
Jarak antara Goa Batu dengan Air Terjun Bantimurung kurang lebih 800 meter. Pengunjung bisa berjalan kaki menelusuri jalan setapak yang sudah disediakan dengan kondisi yang cukup baik.
Setelah menaiki beberapa anak tangga beton di samping air terjun, saya menyusuri tepian sungai di bawah pepohonan rindang yang membuat udara menjadi kian sejuk. Semakin mendekati lokasi goa, jalanan yang tadinya menyusuri tepi sungai kini semakin menjauh dari bibir sungai dan mulai masuk ke hutan.
Di tengah perjalanan, terdapat sebuah makam dengan nisan tanpa nama yang semakin menimbulkan aroma magis tempat ini. Meskipun berjalan sendirian di tengah hutan seperti ini, pengunjung tak perlu takut. Sebab beberapa pedagang makanan dan minuman ringan ditemui di jalanan setapak ini.
Setelah sampai di mulut goa, beberapa orang pun mendekat. Mereka menawarkan jasa penyewakan senter sebagai penerangan dan juga jasa pemandu. Kalau ingin masuk memang harus menyewa senter. Bukan karena dipaksa, tapi di dalam goa memang sangat gelap. Penerangan dengan layar HP tidak akan bisa menembus gelapnya Goa Batu.
Harga sewa senternya beragam, berdasarkan ukuran senter. Setelah mencapai kata sepakat (Rp 50.000 untuk 2 buah senter dan pemandu), saya segera menuju Goa Batu. Keunikan goa ini langsung terlihat.
Tidak seperti goa-goa pada umumnya yang memiliki mulut goa yang lebar, Goa Batu memiliki mulut goa yang sempit. Beberapa anak tangga diantara celah batu menjadi jalan wajib yang harus saya lewati untuk bisa sampai ke mulut goa.
Begitu masuk goa, di bagian mulut goa masih terlihat sinar matahari. Aroma pengap sudah mulai terasa di sini. Masuk lebih ke dalam lagi sudah tidak ada cahaya sama sekali. Bahkan sebuah lampu senter yang saya bawa cukup sulit menembus gelapnya goa.
Sesekali saya berhenti mengambil foto di tengah kegelapan. Dari hasil foto, barulah terlihat jelas bentuk stalaktit dan stalakmit dalam goa. Terkadang jalan masuk cukup sempit sampai-sampai saya harus menunduk atau jongkok untuk melewati lorong-lorong ini. Di dalam goa juga sangat becek dan licin.
Goa Batu merupakan goa alam yang masih alami. Cahaya matahari hanya mampu menerobos di antara celah batu hingga sampai ke mulut goa. Satu-satunya penerangan yang ada, ya hanya senter atau lampu petromaks yang bisa disewa dari masyarakat sekitar.
Saya melihat, memang belum banyak yang tertarik ke Goa Batu. Kebanyakan pengunjung yang datang hanya sampai di air terjun Bantimurung saja. Padahal, pemerintah kabupaten Maros telah membangun jalan beton hingga ke dalam Goa Batu.
Harus ekstra hati-hati memasuki goa ini, karena sangat licin. Hal ini disebabkan oleh adanya tetesan-tetesan air yang mengalir dari stalaktit hingga membasahi lantai goa. Goa Batu kaya akan ornamen-ornamen yang unik, seperti batu kera, batu gajah, batu akar, dan masih banyak lagi.
Seluruh ornamen pada goa ini berupa putih seperti kapas, atau keemasan. Pada satu bagian terdapat juga Batu Jodoh. Konon, setiap pasangan yang belum menikah dan mengikrarkan cintanya di sini akan berjodoh. Pasangan tersebut akan mengikatkan kain pada batu tersebut.
Selain itu, masih ada sebuah telaga kecil di dalam goa yang konon, airnya tidak pernah habis meskipun musim kemarau. Air dari danau tersebut dipercaya bisa membuat awet muda bagi siapa saja yang membasuh wajahnya dengan air danau tadi.
Diperlukan waktu kurang lebih 20 hingga 30 menit untuk menelusuri goa ini. Setelah puas menelusuri ceruk-ceruk goa dan mengambil beberapa gambar, saya pun segera keluar. Waktu sudah semakin sore.
Tak jauh dari tangga masuk goa, terdapat Danau Kassi Kebo. Konon jika musim kemarau, air pada danau tersebut berwarna hijau. Tapi saat musim hujan seperti saat saya ke sana, airnya keruh kecokelatan.
Dan danau ini diberi pagar sehingga pengunjung tidak bisa mandi atau bermain di danau karena alasan keselamatan. Konon katanya, meskipun danau tersebut kelihatan tenang, namun di bawah sana terdapat pusaran air yang deras. Itulah alasannya kenapa dilarang keras mandi di danau ini. (Sriyanto)