Berbagai pertanyaan muncul setelah mengamati ulat menjadi kepompong, puncaknya bermetamorfasis menjadi kupu-kupu.
Pertanyaan pertama, apakah setelah menjelma menjadi kupu-kupu, kembali ke tempat asalnya saat menjadi ulat lalu menjadi kepompong?
Pertanyaan kedua, mengapa hinggapnya di pohon bunga. Tidak kembali menetap di pohon tempat “leluhur”nya ?
Bila mengamati proses metamorfosisnya, mulai dari ulat, kepompong lalu menjelma menjadi kupu-kupu. Dapat diprediksi sementara, namun tetap perlu ada penelitian bahwa setelah menjelma menjadi kupu-kupu, dia tidak kembali lagi ke pohon tempat asalnya. Mengapa?
Tak Berbekas
Alasan pertama, adalah sebagai hewan yang tidak dilahirkan dan tidak melahirkan, kupu-kupu tidak mempunyai bekas di pohon tersebut.
Dari sebuah ulat itulah yang menjadi kepompong. Lalu kepompong itulah yang menjadi kupu-kupu. Satu spesies ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
Lalu mengapa terbang dan hinggapnya dari bunga ke bunga? Sebagai hewan yang bentuknya cantik dan indah, cocok memang hinggapnya pada pohon berbunga.
Postur kupu-kupu identik dengan bunga. Pada pohon bunga itulah mungkin ia menghisap sarinya sebagai bahan makanannya. Sehingga tetap selalu menjadi cantik. (ana)