Sampel tersebut nantinya dicek melalui reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)—proses mengubah RNA virus menjadi DNA yang dilakukan dengan enzim reverse-transcriptase.
Sekretaris Bio Farma, Bambang Heriyanto, menjelaskan, setelah sampel diambil, selanjutnya akan di bawa ke laboratorium. “Dan dilakukan dengan metode PCR,” ujar dia saat dihubungi, Selasa malam, 6 Juli 2021.
Awalnya Bio Farma mengembangkan alat tes Covid-19 dengan metode sampel air liur tanpa harus berkumur, namun metode tersebut kurang akurat.
Bio Saliva memiliki beberapa komponen, yaitu tabung tube larutan pencampur dengan tutup dan laber berwarna merah, serta tabung tube cairan kumur memiliki tutup dan laber berwarna biru, termasuk corong atau adapter, yang semuanya terbungkus menjadi satu kotak kemasan.
Menurut Bambang, Bio Saliva ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, hingga 95 persen. Dia menyebutkan bahwa alat ini bisa digunakan sebagai alternatif selain gold standard swab nasofaring-orofaring menggunakan PCR Kit.
“Bio Saliva ini bisa untuk menentukan hasil positif atau negatif yang sama seperti penentuan positif atau negatif pada uji PCR Covid-19,” tutur Bambang.
Awal Juli 2021 ini, Bio Saliva masuk pada peluncuran tahap awal dan alat tersebut baru dapat digunakan di laboratorium GSI Kuningan dan Cilandak.